Beranda Peristiwa Sekolah Bantah, Korban Trauma: Dugaan Pelecehan Sesama Jenis Gegerkan Dunia Pendidikan Surabaya

Sekolah Bantah, Korban Trauma: Dugaan Pelecehan Sesama Jenis Gegerkan Dunia Pendidikan Surabaya

E66f6b8d 441e 44fc 8298 d21b07efe0df

SURABAYA – Dunia pendidikan di Kota Surabaya kembali tercoreng. Seorang guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PKN) berinisial IW (40 tahun) mengaku menjadi korban dugaan pelecehan seksual sesama jenis dan perundungan oleh rekan sejawat di salah satu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kecamatan Bubutan.

Akibat peristiwa yang dialaminya, IW mengalami trauma berat dan tekanan psikis, hingga akhirnya memilih mengundurkan diri pada 11 Oktober 2025 setelah 2,5 tahun mengabdi di sekolah tersebut.

“Saya pernah diraba saat duduk di ruang guru. Ada juga yang kirim video porno dan stiker tidak senonoh lewat WhatsApp. Awalnya saya diam, tapi kejadian itu terus berulang sampai saya tidak kuat lagi,” ungkap IW saat ditemui di Kantor Hukum Dodik Firmansyah, Jalan Peneleh No.128 Surabaya, Jumat (17/10/2025).

Tak berhenti di situ, IW juga menerima teror pesan cabul dari nomor-nomor tak dikenal yang berisi ajakan berkonotasi negatif seperti “booking order (BO)”. Pesan-pesan itu membuatnya semakin takut dan stres.

Lebih parahnya lagi, IW juga mendapat ancaman dari seseorang yang mengaku anggota Polri bernama Khoirul Arnavat, yang menakut-nakuti akan melaporkannya ke Polda.

“Klien kami kini dalam kondisi psikis tidak stabil. Kami akan membawa IW untuk konseling ke Unit PPA Polrestabes Surabaya dan Komnas Perempuan sebelum menempuh jalur hukum,” jelas Dodik Firmansyah, S.H., selaku kuasa hukum korban.

Sementara itu, Kepala Sekolah SMK berinisial Gz membenarkan bahwa IW telah mengundurkan diri, namun ia membantah adanya tindakan pelecehan seksual di lingkungan sekolahnya.

“Beliau pamit baik-baik dan tidak pernah menyampaikan ada masalah. Kami bahkan sudah mencoba menyelesaikan secara kekeluargaan, tapi yang bersangkutan tidak datang saat kami undang klarifikasi,” ujar Gz melalui sambungan telepon.

Terkait beredarnya voice note berisi curhatan pribadi IW yang sempat menyebar ke sejumlah kontak WhatsApp, pihak sekolah menyebut hal itu hanya kesalahpahaman internal.

“Kami guru, mari tabayyun bersama. Tidak ada pelecehan, tidak ada intimidasi. Semua hanya miskomunikasi,” tegas Gz.

Meski pihak sekolah membantah, kuasa hukum IW menegaskan akan tetap melanjutkan langkah hukum untuk memastikan korban memperoleh rasa aman dan keadilan.

Kasus ini kini menjadi sorotan publik karena menunjukkan masih adanya potensi pelecehan seksual sesama jenis di dunia pendidikan.

Aktivis dan lembaga perlindungan perempuan pun diharapkan segera memberikan pendampingan psikologis dan hukum agar korban dapat pulih dari trauma yang dialami. (Sam)