LAMONGAN – Pernyataan Bupati Lamongan Yuhronur Efendi (Pak Yes) saat memimpin apel pagi di Halaman Pemkab Lamongan, Senin (14/7/2025), menuai perhatian dan sorotan publik.
Dalam pidatonya, Pak Yes meminta seluruh Aparatur Sipil Negara (ASN) menjadi support system sekaligus corong informasi pemerintah, di tengah derasnya arus ketidakpercayaan masyarakat terhadap institusi negara di media sosial.
Sayangnya, alih-alih memotivasi, pernyataan ini justru memunculkan kritik tajam dari sejumlah kalangan.
Banyak yang menilai ajakan ini bisa menambah beban kerja ASN, yang kini tidak hanya menjalankan tugas administratif, tetapi juga dibebani tugas sebagai humas pemerintah.
“Kita ini ASN, bukan influencer pemerintah. Kalau semua harus jadi corong informasi, lalu siapa yang fokus jalankan pelayanan teknis di lapangan,” ujar Mawar bukan nama aslinya, salah satu ASN yang enggan disebutkan namanya karena takut diintervensi.
Pak Yes menyampaikan bahwa tantangan lima tahun ke depan adalah mensukseskan berbagai program nasional dan 15 program unggulan Lamongan, seperti Lamongan Menyala, Desa Pintar, hingga Transformasi Digitalisasi Layanan Publik.
Namun di saat bersamaan, ia menyoroti derasnya kritik terhadap pemerintah di media sosial yang menyebabkan turunnya kepercayaan publik.
“ASN harus jadi support system yang kuat. Suarakan kerja pemerintah. Tunjukkan bahwa kita hadir,” tegasnya.
Pernyataan ini memicu perdebatan, apakah pemerintah saat ini benar-benar ingin membangun citra positif melalui kinerja nyata, atau hanya mengandalkan framing dari para ASN untuk mendongkrak kepercayaan yang kian luntur.
Kondisi ini diperparah dengan adanya kesan bahwa birokrasi tidak hanya diminta bekerja lebih keras, tetapi juga menjadi alat komunikasi sepihak.
Beberapa pihak menilai bahwa narasi ini berbahaya jika dibiarkan, karena mengaburkan batas profesionalitas dan netralitas ASN.
“Jangan sampai ASN kehilangan fungsinya karena dituntut jadi juru bicara politik kebijakan,” kata Dwi Setyo, pengamat kebijakan publik dari Surabaya.
Selain itu, ajakan untuk menyuarakan program pemerintah justru terkesan reaktif terhadap gelombang kritik di media sosial, bukan sebagai solusi atas persoalan pelayanan yang dialami masyarakat sehari-hari.
“Kalau masyarakat kecewa, artinya ada yang salah dari pelayanan atau kebijakan. Bukan sekedar masalah komunikasi,” tandas Dwi.
Pak Yes juga menyinggung pentingnya nilai-nilai dasar ASN, yakni BerAKHLAK (Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif).
Namun jika fungsi ASN direntangkan terlalu luas, bukan tak mungkin nilai-nilai tersebut justru terkikis karena overload tanggung jawab dan tekanan moral. (Bup)