Beranda Daerah Perputaran Festival Batik Bojonegoro Tembus Rp 1,3 Miliar

Perputaran Festival Batik Bojonegoro Tembus Rp 1,3 Miliar

Img 20250622 wa0024

BOJONEGORO – Gelaran spektakuler Bojonegoro Wastra Batik Festival (BWBF) 2025 resmi berakhir pada Sabtu malam (21/6/2025), meninggalkan jejak manis dan semangat baru untuk para pelaku UMKM batik.

Empat hari penuh warna, budaya, kreativitas, dan ekonomi menggeliat di jantung kota Bojonegoro.

Sejak dibuka pada 18 Juni lalu, BWBF 2025 berhasil memikat ribuan pengunjung. Ragam kegiatan menarik mulai dari lomba desain batik, lomba mewarnai, fashion show, hingga grand final pemilihan Kange Yune 2025 membuat suasana festival semakin meriah.

Bupati Bojonegoro, Setyo Wahono, yang hadir dengan balutan batik motif daun jati, menyampaikan apresiasi besar terhadap semua pihak yang ikut menyukseskan acara ini.

Ia menegaskan, BWBF bukan sekadar festival, tapi sebuah gerakan bersama mengangkat batik Bojonegoro ke panggung nasional.

“Batik kita punya cerita, punya akar budaya yang kuat. Dari motif jagung, tembakau, hingga kayangan api semuanya mencerminkan kekayaan lokal Bojonegoro yang harus kita banggakan,” tegasnya.

Tak lupa, Bupati Wahono juga mengucapkan terima kasih kepada peserta dari berbagai daerah yang turut ambil bagian dalam event ini.

Dirinya berjanji, BWBF akan terus hadir dengan konsep yang lebih fresh dan lebih luas di tahun-tahun mendatang.

Sementara, Kepala Disbudpar Bojonegoro, Welly Fitrama, turut menyampaikan fakta mengejutkan di malam penutupan, total perputaran uang selama BWBF 2025 mencapai Rp 1,3 miliar! Angka yang membuktikan bahwa batik bukan hanya warisan budaya, tapi juga mesin ekonomi yang nyata.

Tak hanya warga lokal, para pelaku UMKM dari luar Bojonegoro juga turut merasakan manfaat besar dari festival ini. Seperti yang disampaikan Uswatun Hasanah, pemilik Batik Gedog Sekar Ayu Wilujeng asal Tuban.

“Rasanya seperti pameran di kota besar, ramai pembelinya banyak, dan fasilitasnya top,” ujarnya sumringah. Bahkan, ia harus bolak-balik kirim stok karena produknya laris manis.

Yuli Aya, perajin batik dari Tulungagung, juga memberi testimoni serupa. Baginya, BWBF adalah ajang yang sangat dinanti-nanti sebagai panggung untuk memperkenalkan produk dan potensi daerahnya ke khalayak luas.

“Semoga event ini bisa jadi inspirasi bagi kabupaten lain. Ini lebih dari sekadar promosi, tapi juga edukasi bagi pelaku UMKM,” ucap Yuli.

BWBF 2025 telah menjadi bukti nyata bahwa Bojonegoro tidak main-main dalam mempromosikan batik sebagai identitas budaya sekaligus sumber ekonomi kreatif. Dan kini, Bojonegoro siap menyandang predikat baru sebagai Gerbang Batik Jawa Timur. (aj)