BOJONEGORO – Ajang budaya bergengsi bakal segera menghiasi Kota Ledre, Bojonegoro Wastra Batik Festival (BWBF) 2025, siap digelar 18 hingga 21 Juni, sebagai bentuk komitmen nyata Pemerintah Kabupaten Bojonegoro dalam melestarikan sekaligus mempopulerkan warisan budaya batik khas daerah.
Dalam paparannya, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bojonegoro, Welly Fitrama, menegaskan bahwa festival ini adalah implementasi nyata dari visi besar Bupati Bojonegoro Setyo Wahono dalam mengangkat marwah budaya lokal ke panggung nasional.
“Batik Bojonegoro bukan hanya cantik, tapi juga sarat makna. Lewat Wastra Batik Festival ini, kita ingin mengangkat derajat batik lokal sejajar dengan batik dari Solo maupun Pekalongan,” ungkap Welly, Rabu (18/6/2025).
Tak tanggung-tanggung, saat ini Bojonegoro telah mencatatkan 11 motif batik khas yang telah resmi terdaftar hak ciptanya.
Motif-motif tersebut merupakan hasil kreativitas warga yang menggali kekayaan lokal seperti flora, fauna, hingga filosofi budaya Bojonegoro.
Bahkan, Welly menyebut masih banyak motif batik lain yang diajukan secara pribadi oleh masyarakat, menunjukkan antusiasme luar biasa dalam menjaga warisan budaya ini tetap hidup.
“Kita ingin batik Bojonegoro punya identitas kuat. Ini adalah kekayaan kita bersama yang harus kita jaga dan promosikan ke seluruh Indonesia, bahkan dunia,” tegas Welly.
BWBF 2025 akan menjadi magnet budaya baru yang mempertemukan kreativitas dari berbagai penjuru tanah air.
Acara ini akan dihadiri oleh perwakilan dari berbagai kota dan kabupaten di Jawa Timur, Jawa Tengah, hingga Jawa Barat, menjadikannya sebagai ajang kolaborasi budaya yang spektakuler.
Dengan suguhan pameran batik, fashion show, workshop membatik, dan pertunjukan seni tradisional, festival ini bukan hanya hiburan, tapi juga ruang edukasi dan pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Tak hanya menggelar festival, Pemkab Bojonegoro juga telah menjalin komunikasi dengan Pemkot Solo untuk menjajaki kemungkinan menghadirkan “kampung batik” di Bojonegoro, seperti Kampung Laweyan atau Kauman di Kota Solo.
Langkah ini diharapkan mampu memperkuat branding Bojonegoro sebagai kota batik yang kaya akan kreativitas dan nilai historis.
“Kita punya ikatan emosional dengan Solo, salah satunya lewat aliran Bengawan Solo. Semoga kolaborasi ini bisa terwujud dan memperkaya ekosistem batik Bojonegoro,” ujar Welly.
Lewat Bojonegoro Wastra Batik Festival 2025, Pemkab ingin menanamkan bahwa batik bukan sekadar produk fashion, tetapi juga simbol identitas dan jati diri masyarakat Bojonegoro.
Festival ini juga diharapkan mampu membuka peluang ekonomi baru bagi pelaku UMKM, perajin batik, dan generasi muda kreatif di Bojonegoro.
“Dengan festival ini, kita ingin batik menjadi jalan menuju kemandirian ekonomi masyarakat. Dari Bojonegoro untuk Indonesia!” pungkas Welly. (aj)