Beranda Daerah Geopark Bukan Cuma Alam, Tapi Budaya, Ini Bukti Bojonegoro Layak Masuk UNESCO

Geopark Bukan Cuma Alam, Tapi Budaya, Ini Bukti Bojonegoro Layak Masuk UNESCO

Img 20250614 wa0074

BOJONEGORO – Petualangan Tim Verifikasi Geopark Nasional (VGN) di Kabupaten Bojonegoro memasuki hari ketiga, Jumat (13/6/2025), dengan agenda padat dan penuh makna, dari fosil gajah purba di Museum 13, hingga kerajinan akar jati dan filosofi hidup masyarakat Samin, semuanya menggambarkan kekayaan warisan geologi, budaya, dan ekonomi lokal Bojonegoro.

Lokasi pertama yang dikunjungi adalah Museum 13 di SDN Panjunan, Kalitidu. Tak hanya melihat koleksi fosil gajah purba dan batuan kuno, Tim VGN juga disambut oleh Cantika, siswi kelas 4 yang tampil memukau saat mempresentasikan sejarah museum.

Cantika menjelaskan bahwa angka “13” tak sekadar angka namun mengandung makna filosofis: satu melambangkan Tuhan Yang Maha Esa, dan tiga melambangkan siklus hidup manusia lahir, hidup, mati.

“Koleksi Museum 13 meliputi artefak arkeologi, fosil paleontologi, hingga potensi batuan geologi Bojonegoro,” jelas Cantika dengan semangat.

Dari museum, rombongan melanjutkan perjalanan ke Desa Purwosari, sentra pembuatan ledre khas Bojonegoro. Di sini, mereka menyaksikan langsung proses pembuatan ledre dari pisang raja, lengkap dengan cerita sejarah kuliner yang melegenda.

Aroma harum pisang yang dibakar mengiringi antusiasme tim saat mencicipi makanan ringan favorit masyarakat Bojonegoro tersebut.

Perjalanan berlanjut ke selatan, tepatnya Kampung Samin di Desa Jepang, Kecamatan Margomulyo. Suasana hangat dan penuh semangat menyambut kedatangan tim di Balai Samin, diiringi tarian dan sambutan dari anak-anak sekolah.

Bambang Sutrisno, tokoh lokal dan putra dari Mbah Harjo Kardi (sesepuh Samin), membagikan filosofi hidup masyarakat Samin yang menjunjung tinggi kejujuran, kesabaran, dan ketulusan.

“Di sini tidak hanya hidup damai, tapi juga menjadi tempat edukasi. Bahkan pernah jadi lokasi ujian doktoral ISI Yogyakarta,” ungkapnya.

Tim juga menyambangi sentra batik Samin dan Kampung Thengul yang tak kalah memikat.

Kunjungan ditutup di Desa Geneng, Kecamatan Margomulyo, tempat berdirinya Paguyuban Jati Aji pusat kerajinan akar tunggak jati.

Dulu, sisa kayu hutan hanya digunakan sebagai bahan bakar, namun berkat kreativitas warga seperti Ikhwan, limbah itu kini berubah menjadi karya seni bernilai ekonomi tinggi.

Inisiatif warga ini menjadi salah satu wujud nyata dari semangat geopark: pelestarian alam, edukasi, dan pemberdayaan ekonomi lokal secara berkelanjutan. (aj)