KOTA BATU – Persatuan Pedalangan Indonesia (PEPADI) Kota Batu bersiap menggelar hajatan seni besar-besaran untuk memperingati 100 tahun maestro pedalangan legendaris, Ki Narto Sabdho.
Acara bertajuk “Pagelaran Sehari Bersama Ki Narto Sabdho” ini akan menghadirkan parade karawitan serta pagelaran wayang kulit akbar dengan melibatkan delapan dalang pilihan dari berbagai daerah di Jawa Timur.
Pagelaran spesial tersebut akan berlangsung pada Sabtu, 13 September 2025 mulai pukul 12.00 WIB hingga selesai, berlokasi di Pendopo Kecamatan Bumiaji, Kota Batu.
Ketua PEPADI Kota Batu, Ki Eko Saputro atau akrab disapa Ki Puput, menjelaskan bahwa acara ini merupakan bentuk penghormatan sekaligus pelestarian karya sang maestro.
“Ki Narto Sabdho adalah sosok luar biasa. Karya gending dan lakon beliau telah menghidupi banyak seniman lintas generasi,” ungkapnya kepada wartawan, Kamis (11/9/2025).
Pagelaran wayang kulit kali ini menghadirkan delapan dalang kenamaan dari Kota Batu, Malang, Blitar, hingga Trenggalek. Mereka adalah, Ki Bryan Arfista, Ki Eko Saputro, Ki Faishol Tantowi, Ki Samtidhar, Ki Bayu Sasongko, Ki Adimas Cahyo, Ki Lutfi Aziz, Ki Setyo Wahyudi.
Para dalang tersebut akan berkolaborasi membawakan lakon legendaris karya Ki Narto Sabdho, “Dewa Ruci”, sesuai dengan naskah aslinya.
Menurut Ki Puput, Ki Narto Sabdho dikenal berani membuat terobosan dalam dunia pedalangan, salah satunya dengan menciptakan lakon banjaran, yaitu kisah perjalanan hidup satu tokoh wayang dari lahir hingga wafat.
Lebih lanjut, Ki Puput menyebut Ki Narto Sabdho sebagai tokoh visioner yang berhasil memodernisasi seni pedalangan tanpa meninggalkan pakem.
“Beliau mengolaborasikan gaya Surakarta, Jogja, Jawa Timuran, hingga Banyumasan. Hasilnya, pertunjukan wayang di masa beliau menjadi semakin spektakuler,” jelasnya.
Tak hanya dalam lakon, karya musik gending ciptaan Ki Narto Sabdho seperti “Perahu Layar,” “Kelinci Ucul,” hingga “Selendang Biru” tetap populer hingga kini dan kerap menjadi inspirasi para seniman karawitan. Tak heran bila beliau dijuluki “Kiai Semarang” di kalangan seniman.
Acara peringatan satu abad ini diharapkan menjadi pelecut semangat bagi generasi muda agar terus melestarikan seni pedalangan di tengah derasnya arus globalisasi.
“Di era penuh tantangan ini, nilai-nilai adiluhung seni pedalangan harus tetap dijunjung tinggi,” tegas Ki Puput.
Ia juga menyampaikan apresiasi kepada semua pihak yang mendukung, mulai dari Dinas Pariwisata Kota Batu, Kecamatan Bumiaji, sponsor, hingga para seniman yang terlibat.
“Semoga peringatan 100 tahun Ki Narto Sabdho ini menjadi momentum kebangkitan pedalangan dan karawitan, tidak hanya di Indonesia tapi juga di dunia,” pungkasnya. (Fur)

























