JAKARTA – Aktris dan model ternama Indonesia, Luna Maya, mengambil langkah berani dan penuh perhitungan dalam merencanakan masa depannya sebagai seorang ibu.
Di usia 38 tahun, Luna memutuskan untuk melakukan prosedur pembekuan sel telur sebuah teknologi reproduksi modern yang kini semakin populer di kalangan perempuan urban yang ingin memiliki kendali lebih atas pilihan hidupnya.
Keputusan ini bukan datang tiba-tiba. Luna mengaku telah memiliki niat untuk membekukan sel telurnya sejak empat tahun silam.
Namun, baru pada tahun 2021 keinginannya itu dapat terwujud. Salah satu alasannya adalah karena layanan tersebut akhirnya tersedia di Indonesia.
“Aku sebenarnya udah pengen dari 4 tahun yang lalu. Cuman baru kesampaian, karena ternyata di Indonesia ada,” ungkap Luna.
Langkah ini diambil sebagai bentuk kesiapan Luna untuk menjadi ibu di masa depan meski belum ada rencana pasti soal kapan ia akan memulai proses itu.
Baginya, usia bukanlah batasan untuk memiliki anak. “Dan aku pikir dengan teknologi dan pola hidup aku, aku rasa aku cukup sehat seusiaku dan aku masih punya energi itu. Dan entah kenapa aku merasa, aku tidak terbebani usia sih, nggak tahu kenapa,” ujarnya dengan nada optimis.
Selama ini, Luna memang dikenal menjalani pola hidup yang sehat dan disiplin. Ia rutin berolahraga, menjaga pola makan, serta menjaga kesehatan mental.
Semua itu ia lakukan agar tetap prima, baik secara fisik maupun emosional. Hal ini juga menjadi alasan mengapa ia yakin dirinya masih memiliki kesiapan untuk menjadi orang tua meski usianya terus bertambah.
Proses pembekuan sel telur, atau yang dalam istilah medis dikenal dengan oocyte cryopreservation, memungkinkan seorang wanita untuk menyimpan sel telur yang diambil dari ovarium tanpa dibuahi.
Sel telur tersebut kemudian dibekukan dan dapat disimpan selama bertahun-tahun.
Di masa mendatang, jika wanita tersebut memutuskan untuk memiliki anak, sel telur yang telah dibekukan bisa dicairkan kembali, dibuahi dengan sperma di laboratorium melalui proses fertilisasi in vitro (IVF), dan kemudian ditanamkan ke dalam rahim.
Langkah yang diambil Luna ini sekaligus menjadi inspirasi dan pengingat bagi banyak perempuan bahwa mereka memiliki opsi dalam merencanakan masa depan, termasuk soal kehamilan dan menjadi orang tua.
Ia membuktikan bahwa dengan teknologi, informasi yang tepat, dan gaya hidup yang sehat, perempuan bisa tetap punya kendali penuh atas tubuh dan pilihannya tanpa merasa dibatasi oleh usia atau tekanan sosial.
Dengan penuh keyakinan, Luna melangkah menuju masa depan yang ia bentuk sendiri. Dan siapa tahu, suatu saat nanti, kisah ini akan menjadi bagian penting dari perjalanan luar biasa seorang Luna Maya bukan hanya sebagai artis, tapi juga sebagai ibu. (aj)