BOJONEGORO – Di tengah derasnya arus digital dan gempuran media sosial, isu kesehatan mental kini menjadi perhatian serius, terutama bagi generasi Z.
Anak muda yang hidup berdampingan dengan teknologi dituntut memiliki mental kuat agar tetap produktif dan bahagia.
Tema penting ini menjadi sorotan dalam Talkshow SAPA! Malowopati FM edisi Jumat (10/10/2025) bertajuk “Love Your Self, Gen Z Ceria yang Sehat Jiwa.”
Program ini diinisiasi oleh Pemerintah Kabupaten Bojonegoro melalui Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo), sebagai upaya membangun kesadaran publik tentang pentingnya menjaga kesehatan mental sejak dini.
Dalam suasana santai namun penuh makna, dua narasumber hadir berbagi pandangan,
drg. Fajar Respati, Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Bojonegoro, serta dr. Fauzun Nadiya, dokter umum dari Puskesmas Kalitidu.
drg. Fajar menegaskan bahwa kesehatan mental dan fisik adalah dua sisi mata uang yang tak bisa dipisahkan. “Kita tidak bisa disebut sehat jika jiwa kita tidak sehat. Mental yang terganggu akan memengaruhi kondisi tubuh secara keseluruhan,” ujarnya.
Ia mengingatkan, kesadaran soal kesehatan jiwa perlu ditanamkan sejak usia dini. Anak-anak harus belajar peduli terhadap diri sendiri, agar kelak tumbuh menjadi pribadi berempati dan tangguh menghadapi tekanan hidup.
Menurutnya, generasi Z yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012—termasuk kelompok paling rentan mengalami gangguan mental akibat paparan gawai berlebihan.
“Rata-rata mereka bisa menggunakan gadget hingga 10 jam per hari. Ini berisiko menimbulkan stres, rendah diri, bahkan meniru perilaku negatif yang mereka lihat di media sosial,” tambahnya.
Sebagai langkah konkret, Dinas Kesehatan Bojonegoro terus melakukan edukasi dan konseling melalui sekolah, posyandu remaja, hingga program Cek Kesehatan Gratis (CKG).
Berdasarkan data aplikasi Sehat IndonesiaKu (ASIK), 0,30% masyarakat Bojonegoro menunjukkan gejala depresi dan 0,25% mengalami kecemasan.
Sementara itu, dr. Fauzun Nadiya menjelaskan, sehat mental menurut WHO bukan berarti seseorang tidak pernah sedih atau stres. “Justru sehat mental adalah kemampuan mengelola emosi, menghadapi tekanan, dan tetap berfungsi dengan baik dalam kehidupan sehari-hari,” ungkapnya.
Dirinya mengungkapkan, depresi menjadi masalah paling umum di kalangan Gen Z. Gejalanya mulai dari rasa sedih berkepanjangan, menarik diri dari pergaulan, hingga merasa hidup tak berguna. Jika tak segera ditangani, kondisi ini bisa mengarah pada pikiran ekstrem.
Menurutnya, diagnosis gangguan mental harus dilakukan oleh tenaga profesional, bukan hasil pencarian mandiri di internet.
dr. Fauzun juga berbagi empat cara menjaga kesehatan mental, kenali dan terima diri sendiri apa adanya. Kelola emosi dengan cara yang sehat. Batasi paparan media sosial. Lakukan digital detox minimal satu hari setiap minggu.
Selain itu, peran keluarga menjadi kunci utama dalam proses pemulihan mental. “Dukungan keluarga sangat penting. Orang dengan gangguan mental perlu didampingi, diingatkan minum obat, dan diberi ruang untuk bercerita,” tegasnya.
Dia juga menekankan pentingnya pola asuh positif orang tua harus mengenali karakter anak, membuka komunikasi dua arah, dan mengawasi penggunaan gawai secara bijak.
Menutup talkshow, dr. Fauzun berpesan lembut namun mengena, “Menjadi kuat bukan berarti harus selalu tersenyum. Kekuatan sejati adalah kemampuan berdamai dengan diri sendiri, bahkan ketika dunia terasa berat.”
Melalui kegiatan inspiratif seperti SAPA! Malowopati FM, Pemkab Bojonegoro berharap dapat menumbuhkan kesadaran kolektif bahwa kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik.
Dukungan lintas sektor keluarga, sekolah, dan tenaga kesehatan menjadi fondasi kuat untuk membentuk generasi muda yang ceria, tangguh, dan sehat jiwa. (aj)