Beranda Daerah Perpaduan Epik Perkusi dan Wayang Kulit di Kota Batu: Tradisi Bertemu Modernitas

Perpaduan Epik Perkusi dan Wayang Kulit di Kota Batu: Tradisi Bertemu Modernitas

D017154e 0161 4604 889c b0486977f0f3

KOTA BATU – Amphyteather Sendratari Arjuna Wiwaha, Kelurahan Sisir, Kota Batu, berubah menjadi lautan manusia pada Selasa (7/10/2025) malam.

Warga dan wisatawan tumplek blek menyaksikan Pentas Padhang Bulan, Gaung Perkusi Wayang pertunjukan kolaboratif yang menghadirkan harmoni antara seni tradisi wayang kulit dan dentuman ritmis musik perkusi modern.

Gelaran spektakuler ini menjadi salah satu agenda unggulan dalam rangkaian peringatan Hari Jadi ke-24 Kota Batu.

Sejak pukul 19.30 WIB, panggung megah amphitheater itu sudah bergemuruh oleh tepukan tangan penonton ketika hentakan perkusi dari Ganttaka, Blenggur Company Percussion, B3 Ilustralektrical Percussion, dan sejumlah sanggar seni lainnya mulai menggema.

Pertunjukan semakin memukau ketika dalang muda Ki Rafi Nyoto Suryo Darsono dan Mas Dalang M. Rafiddias Aufa menampilkan lakon klasik Semar, Rahwana, dan Rama Wijaya. Dua layar besar di atas panggung menampilkan visual yang memanjakan mata, berpadu dengan iringan musik dinamis dari para pemain perkusi.

“Pagelaran ini kami dedikasikan sebagai ruang eksplorasi seni, memadukan pakem klasik wayang kulit dengan semangat kontemporer perkusi modern,” ujar Luhur Ayom Pamungkas, operator lapangan Pentas Padhang Bulan.

Menurutnya, konsep ini tak hanya sekadar hiburan, tetapi juga bentuk pelestarian budaya yang dikemas lebih adaptif agar mudah diterima oleh generasi muda.

“Kami ingin menunjukkan bahwa seni tradisional bisa tetap hidup dan relevan. Justru dari sinilah muncul kreasi baru yang menginspirasi banyak seniman muda,” imbuh Ayom.

Tak hanya itu, penampilan dari Sanggar Surya Laras, Sekar Amertani, Dewa Tyuphan, Shindu Mahasmara, Adhikari Wisanggeni, dan Senapati Mudha Nuswantara semakin memperkaya warna pertunjukan malam itu.

Alunan musik, cahaya panggung, dan gerak tarian berpadu menciptakan atmosfer magis khas Kota Batu.

Sebagai penutup, seluruh pengisi acara naik ke panggung untuk menari bersama dalam suasana penuh semangat, diiringi pesta kembang api yang menghiasi langit malam.

Sorak gembira warga pun menggema, menandai kebersamaan dan semangat kreatif masyarakat Kota Batu yang tak pernah padam.

“Semoga ke depan, acara seperti ini bisa digelar rutin setiap bulan agar para seniman terus memiliki wadah untuk berkarya dan berekspresi,” harap Ayom.

Dengan tema “Gaung Perkusi Wayang”, pentas ini bukan sekadar hiburan tapi bukti nyata bahwa denyut seni dan budaya di Kota Batu masih bergaung kuat di lereng Gunung Arjuno. (Fur)