BOJONEGORO – Kasus dugaan keracunan makanan bergizi gratis (MBG) kembali terjadi di wilayah Kecamatan Kedungadem, Kabupaten Bojonegoro.
Setelah sebelumnya puluhan siswa SMAN 1 Kedungadem mengalami gejala diare massal, kini insiden serupa juga menimpa siswa SDN Tumbrasanom pada Kamis (2/10/2025).
Kepala SDN Tumbrasanom, Sukrisno, menceritakan kronologi kejadian tersebut. Ia menjelaskan, makanan MBG diantar ke sekolah sekitar pukul 07.00 pagi.
Saat jam istirahat pertama pukul 09.00, sebanyak 69 porsi makanan langsung dibagikan ke seluruh siswa. “Semuanya sudah habis dimakan anak-anak, tidak ada sisa. Tempat makanan juga sudah ditata rapi kembali,” ujar Sukrisno.
Awalnya, tidak ada tanda-tanda aneh. Namun sekitar pukul 10.00 WIB, seorang siswa kelas VI bernama Rafandra mendadak muntah-muntah dan mengeluh pusing. Guru-guru yang panik segera memberikan pertolongan pertama dan memanggil bidan desa untuk memberikan penanganan medis.
Tak lama berselang, dua siswa kelas IV, yakni Genta dan Kelvin, juga mengalami gejala serupa hingga muntah berulang kali. Bahkan kondisi mereka sempat lemas karena muntah terus-menerus.
“Kami sampai harus menyiapkan kantong plastik karena muntahnya tidak berhenti,” tambah Sukrisno.
Situasi semakin darurat saat dua siswa lain menyusul mengalami gejala yang sama. Total ada lima siswa yang akhirnya dibawa ke Puskesmas Kedungadem menggunakan ambulans.
Dari laporan pihak sekolah, satu siswa dalam kondisi cukup parah sehingga harus mendapat pertolongan lebih serius di Puskesmas, sementara empat siswa lainnya dipulangkan setelah observasi.
“Alhamdulillah sekitar pukul 11.30 kondisi anak-anak sudah mulai membaik, tidak ada yang dirawat inap. Semua sudah dipulangkan ke rumah masing-masing,” jelas Kepala Sekolah.
Meski kondisi siswa sudah pulih, pihak sekolah mengaku khawatir akan muncul trauma pada anak-anak. Kepala SDN Tumbrasanom berharap program MBG tidak dihentikan sepenuhnya, namun pelaksanaannya dievaluasi.
Ia menyarankan agar makanan tidak dimasak terlalu malam untuk menghindari risiko basi. “Kalau kuotanya bisa dikurangi, dapur tidak perlu masak terlalu malam. Jadi makanan lebih segar ketika sampai sekolah,” tegasnya.
Selain itu, pihak sekolah akan berkoordinasi dengan paguyuban wali murid untuk menentukan sikap terkait kelanjutan program MBG di SDN Tumbrasanom.
“Besok kami akan briefing ke anak-anak dan wali murid, apakah masih ada yang mau ikut makan MBG atau tidak,” pungkasnya.
Insiden di SDN Tumbrasanom ini menambah daftar panjang kasus dugaan keracunan massal akibat program Makan Bergizi Gratis di Bojonegoro.
Sebelumnya, di hari yang sama, puluhan siswa SMAN 1 Kedungadem juga harus mendapatkan perawatan medis setelah mengalami diare serentak usai mengonsumsi MBG. (aj)