BOJONEGORO – Pembangunan Tembok Penahan Tanah (TPT) Jalan Nglinggo–Kedungadem tepatnya di Desa Sidorejo, Kecamatan Kedungadem, Kabupaten Bojonegoro yang dikerjakan oleh CV Gulun Putra dengan nilai kontrak mencapai Rp195,7 juta, kini menuai sorotan tajam dari masyarakat.
Sejumlah warga melaporkan bahwa pekerjaan konstruksi tersebut dinilai tidak memenuhi standar keselamatan kerja. Para pekerja terlihat tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) serta papan informasi juga tidak tampak terlihat sebagaimana mestinya.
Kondisi ini bukan hanya melanggar aturan keselamatan kerja, tetapi juga menimbulkan kekhawatiran akan kualitas pengerjaan proyek.
Tak hanya itu, lantai dasar bangunan TPT tampak digenangi air. Genangan tersebut membuat masyarakat khawatir bahwa struktur bangunan tidak akan kokoh dan berisiko cepat rusak.
“Kalau dari awal sudah begini, kami takut bangunannya tidak kuat. Uang negara yang dipakai jangan sampai terbuang percuma,” keluh Hadi salah satu warga setempat, Rabu (24/9/2025).
Di sisi lain, tumpukan tanah dari galian proyek berserakan di halaman rumah warga dan menutupi sebagian badan jalan. Kondisi ini jelas mengganggu aktivitas pemilik rumah dan para pengguna jalan yang setiap hari melintas di kawasan tersebut.
Proyek pembangunan TPT ini tercatat dalam sistem pengadaan dengan kode RUP 56852365, bersumber dari APBD 2025, dengan pagu sebesar Rp196,7 juta dan nilai HPS Rp195,8 juta.
Paket pekerjaan ini menggunakan metode Pengadaan Langsung (non-tender) di bawah Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Penataan Ruang (DPUBMPR) Kabupaten Bojonegoro.
Meski secara administratif proyek telah masuk tahap “selesai”, namun fakta di lapangan memunculkan tanda tanya besar terkait kualitas dan pengawasan. Warga mendesak agar pemerintah daerah melalui instansi terkait turun langsung melakukan evaluasi menyeluruh.
“Jangan hanya selesai secara berkas. Harus dicek juga kondisi fisiknya. Kalau hasilnya tidak sesuai, tentu masyarakat yang akan menanggung dampaknya,” tegas Hadi.
Proyek bernilai hampir Rp200 juta ini seharusnya menjadi solusi untuk memperkuat jalan dan lingkungan sekitar. Namun, dengan berbagai persoalan yang muncul, masyarakat justru cemas apakah bangunan tersebut bisa bertahan lama atau justru menjadi masalah baru di kemudian hari. (aj)