BOJONEGORO – Aroma masakan menggoda langsung menyambut siapa saja yang masuk ke halaman Dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Klangon 2 Bojonegoro, Senin pagi (22/9/2025).
Sejak pukul 09.00 WIB, para petugas sudah sibuk menata wadah berisi menu Program Makan Bergizi Gratis (MBG) ke dalam mobil box berlogo Badan Gizi Nasional (BGN) untuk segera dikirim ke sekolah-sekolah.
Kepala SPPG Klangon 2 Bojonegoro, Erdha Ananta Putra, menjelaskan dapur yang ia pimpin melayani 9 sekolah dan 1 polindes dengan total 3.500 penerima manfaat. Fasilitas dapur ini bahkan disebut sebagai salah satu yang terbaik sesuai standar BGN.
“Setiap menu selalu dirancang bersama ahli gizi, lalu dikonsultasikan dan mendapat persetujuan dari PERSAGI Bojonegoro. Jadi, variasi menunya setiap hari berbeda dan dipastikan gizinya seimbang,” ungkap Erdha.
Rutinitas di dapur gizi ini berjalan ketat sesuai SOP. Proses memasak dimulai sejak pukul 02.00 WIB. Namun, para juru masak sudah hadir sejak tengah malam hanya untuk menyiapkan bumbu. Hal ini dilakukan agar makanan tetap fresh karena idealnya dikonsumsi maksimal 6 jam setelah diolah.
“Pendinginan makanan juga wajib dilakukan usai masak untuk mencegah cepat basi. Pengiriman ke sekolah tidak sama waktunya, jadi kita harus benar-benar disiplin,” tambah Erdha.
Untuk menghindari kejadian luar biasa (KLB) seperti keracunan makanan, SPPG menerapkan prosedur berlapis. Mulai dari pengecekan bahan baku saat diterima, pencucian dan pemilahan daging ayam, hingga cara pengolahan sesuai standar.
Setiap menu yang dikirim juga disertai satu ompreng sampel. Jika ada kasus keracunan, sampel ini akan diuji untuk mengetahui penyebabnya, apakah dari bahan, proses pengolahan, atau penyimpanan di sekolah.
Ada yang unik, setiap wadah masakan dilengkapi tali dengan warna berbeda sebagai penanda porsi. Tali merah untuk porsi besar (SMP, SMA, ibu hamil, dan menyusui), tali biru tua untuk porsi sedang (SD kelas 4–6), tali hitam untuk anak PAUD dan SD kelas 1–3, serta tali kuning khusus bagi siswa yang memiliki alergi makanan.
Erdha mengingatkan, makanan sebaiknya langsung dikonsumsi sesuai jadwal makan. “Kalau sudah lewat 6 jam, kualitas makanan bisa menurun. Sisa makanan juga sebaiknya tidak dibawa pulang, cukup dibiarkan di ompreng,” tegasnya.
Dengan standar ketat dan disiplin tinggi, dapur gizi ini bukan sekadar tempat memasak, melainkan garda terdepan menjaga asupan sehat ribuan anak dan ibu di Bojonegoro. (aj)