BOJONEGORO – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro memasang target ambisius namun realistis untuk menurunkan angka kemiskinan hingga menyentuh angka 8,98% pada tahun 2026.
Target ini bukan tanpa alasan, di bawah kepemimpinan Bupati Setyo Wahono dan Wakil Bupati Nurul Azizah, Pemkab menyusun strategi besar yang menyasar langsung akar persoalan masyarakat miskin.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat kemiskinan di Bojonegoro pada tahun 2024 tercatat mencapai 11,69% atau setara 147.330 jiwa (54.000 KK). Dari jumlah itu, sekitar 9.400 KK masuk kategori kemiskinan ekstrem.
Dalam Rapat Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) yang digelar di Ruang Angling Dharma Gedung Pemkab, Rabu (16/07/2025), Wakil Bupati Nurul Azizah menegaskan optimisme Pemkab.
“Kami targetkan tahun 2025 angka kemiskinan bisa turun ke 10,37% dan 2026 mencapai 8,98%. Kolaborasi jadi kunci,” ujar Nurul di hadapan para peserta rapat.
Dalam strategi besar ini, ada tiga pilar utama yang jadi prioritas, Penurunan angka kemiskinan, Peningkatan pertumbuhan ekonomi, Peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Pj Sekda Bojonegoro, Andik Sudjarwo, menjelaskan berbagai program telah digulirkan untuk mengurangi beban pengeluaran keluarga miskin.
Beberapa di antaranya, Program KUSUMO (Kunjungan Kasih Masyarakat Bojonegoro), DARSILA, program makan dua kali sehari bagi lansia sebatang kara, Bantuan sosial bagi KK miskin dan miskin ekstrem, Pendamping lansia, santunan anak yatim, Pembangunan rumah tak layak huni (RTLH) dan pemasangan listrik gratis.
Selain mengurangi beban, Pemkab juga menggenjot program peningkatan penghasilan keluarga, seperti GAYATRI (Gerakan Ayam Petelur Mandiri), KOLEGA (Kolam Lele Keluarga), Program Domba Sejahtera, bibit sayuran, pelatihan kerja, dan BUM Desa, Pinjaman modal untuk pemilik Kartu Pedagang Produktif, Bibit buah tumpang sari di lahan Perhutani, Listrik Masuk Sawah hingga revitalisasi embung.
Konektivitas dan fasilitas wilayah juga terus dikejar. Pemkab akan tingkatkan layanan telemedicine, ubah RSUD jadi Kelas A dengan fasilitas jantung terpadu, bangun infrastruktur pendidikan, jalan, jembatan, sarana olahraga dan wisata.
“Kami tidak bisa berjalan sendiri. Partisipasi dari semua pihak akademisi, tokoh masyarakat, lembaga hingga swasta sangat kami harapkan,” tegas Andik.
Dengan komitmen kuat dan kerja kolektif lintas sektor, Bojonegoro bersiap menatap masa depan lebih cerah di mana kemiskinan bukan lagi takdir, tapi masa lalu yang berhasil ditaklukkan. (aj)