TRENGGALEK – Gelaran Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Jawa Timur IX tahun 2025 resmi berakhir pada Sabtu 5 Juli 2025 malam. Namun, bagi kontingen Kabupaten Trenggalek, panggung Porprov kali ini justru meninggalkan “prestasi” yang tak biasa menjadi juru kunci alias peringkat terakhir dari 38 kabupaten/kota se-Jatim.
Dengan torehan 3 medali emas, 3 perak, dan 4 perunggu, Trenggalek hanya mampu mengumpulkan total 22 poin dan menempati posisi ke-38 dalam klasemen akhir Porprov Jatim 2025.
Meski di posisi paling buncit, apresiasi tetap patut diberikan kepada seluruh atlet, pelatih, ofisial, hingga para relawan yang telah berjuang keras seringkali di tengah keterbatasan fasilitas, minimnya anggaran, hingga dukungan yang nyaris hanya muncul menjelang Porprov.
Ironisnya, KONI Trenggalek saat ini justru diisi oleh generasi muda yang katanya visioner, paham olahraga, anti pansos, dan modern minded. Namun, hasil di lapangan justru seolah menampar ekspektasi publik.
Alih-alih lonjakan prestasi, Trenggalek justru “konsisten” menempati urutan paling akhir. Netizen pun ramai menyuarakan harapan agar ini bukan sekadar ajang formalitas dan perayaan seremonial yang penuh foto jempol dan jargon motivasi kosong.
“Mungkin ini strategi branding unik, biar nama Trenggalek nggak pernah ketinggalan disebut… dari bawah,” tulis akun Instagram @nandaaktif_45.
Berikut beberapa komentar netizen yang ikut “meramaikan” hasil mengejutkan ini, @zidanbiasasaja26: “Soale olahragane Galek mik 31 jaranan ro run run aeko.”
@f_r_nando: “Rapopo 38 karo 1 akeh 38 7 kok”
@ngglambir88: “Podo wae podium, yo iseh melu-melu foto karo jempolne.”
Tentu kita tak bisa menyalahkan sepenuhnya para atlet yang telah berjuang dengan peluh dan tenaga.
Faktanya, banyak atlet muda Trenggalek harus berjuang mandiri, mulai dari menyiapkan perlengkapan, transportasi, bahkan mendaftar kompetisi tanpa sokongan penuh dari pihak terkait.
KONI dan Pemkab Trenggalek perlu melakukan introspeksi serius, bukan hanya menyiapkan dekorasi panggung saat Porprov datang.
Dibutuhkan komitmen jangka panjang, pendanaan yang adil, pembinaan yang nyata, dan tentu saja keberanian untuk menempatkan olahraga sebagai prioritas, bukan bonus.
Tak masalah jika sekarang berada di posisi ke-38. Yang penting adalah bagaimana ke depan Trenggalek punya roadmap pembinaan yang konkret, bukan hanya mengandalkan motivasi saat lomba sudah dekat.
“Selamat untuk semua yang sudah berjuang. Sekarang waktunya berbenah. Biar tahun depan, Trenggalek disebut dari atas, bukan dari bawah,” tulis akun @pengamatolahraga2025. (Her)