Beranda Daerah Angger Pikiran Pangucap Lan Lakonono: Filosofi Hidup Ajaran Samin Untuk Dunia Modern

Angger Pikiran Pangucap Lan Lakonono: Filosofi Hidup Ajaran Samin Untuk Dunia Modern

Img 20250706 wa0004

BOJONEGORO – Festival Samin ke-9 yang digelar di Desa Margomulyo, Kabupaten Bojonegoro, Sabtu 5 Juli 2025, menjadi momen istimewa dalam upaya pelestarian ajaran luhur Samin Surosentiko.

Tahun ini, kegiatan mengangkat tema “Pangkling Wonge, Ojo Pangkling Swarane” yang memiliki makna mendalam, jangan hanya mengenali rupa seseorang, tetapi kenalilah kebenaran dari suaranya, dari isi pikirannya, dari ajarannya.

Salah satu momen penting dalam Festival kali ini adalah kegiatan “Ngangsu Kaweruh” yang menjadi ruang dialog budaya lintas generasi dan lintas latar belakang.

Tak hanya pelaku budaya, acara ini juga menghadirkan, Wakil Bupati Bojonegoro Nurul Azizah, pihak akademisi, pemerhati budaya, hingga unsur pemerintah desa dan daerah.

Bambang Sutrisno Surosentiko, generasi kelima penerus ajaran Samin Surosentiko, menyampaikan bahwa, tahun ini Festival Samin membuktikan bahwa pelestarian budaya tidak bisa berjalan sendiri.

Ia menegaskan bahwa ajaran luhur Samin kini juga menjadi perhatian para akademisi yang menyerahkan hasil penelitian mereka berupa skripsi, tesis, hingga disertasi.

“Kita ingin menunjukkan bahwa ajaran Samin bukan hanya warisan lokal, tapi juga bisa diteliti dan dijadikan referensi akademik yang diakui secara ilmiah,” ujarnya.

Tak hanya itu, narasi tentang pitutur luhur (wejangan kearifan) turut disampaikan oleh para pemerhati budaya, termasuk yang datang dari luar Bojonegoro, seperti dari Magelang. Hal ini memperkuat nilai bahwa ajaran Samin kini menjadi perhatian lebih luas, bahkan lintas daerah.

Festival ini juga dihadiri oleh Wakil Bupati Bojonegoro Nurul Azizah, yang mewakili dukungan penuh dari pemerintah daerah.

Mereka turut menyampaikan pentingnya menjaga dan merawat ajaran Samin dalam kehidupan sehari-hari sebagai pedoman moral masyarakat Jawa yang menjunjung kejujuran dan kesederhanaan.

Bambang juga menyampaikan harapan besar kepada masyarakat luas agar ajaran Samin tidak dipandang sebelah mata.

Selama ini, ia mengakui masih ada sebagian masyarakat yang memandang komunitas Samin dengan citra negatif. Namun melalui Festival ini, dirinya berharap citra tersebut bisa perlahan berubah.

“Kami di ajaran Samin mengenal nilai ‘Angger-angger Pikiran, Angger-angger Pangucap, lan Angger-angger Lakonono.’ Artinya, kita harus menjaga pikiran yang baik, ucapan yang jujur, dan perilaku yang mulia,” terang Bambang.

Menurutnya, jika masyarakat luar mau membuka diri dan hadir di festival seperti ini, maka akan tercipta hubungan yang positif dan saling menghargai.

Festival budaya seperti ini bukan sekadar perayaan, tetapi adalah ruang edukasi dan refleksi nilai-nilai hidup.

“Yang datang ke sini, awalnya mungkin hanya penasaran. Tapi setelah mendengar langsung pitutur luhur dan menyaksikan budaya kami, mereka akan tahu bahwa ajaran Samin adalah tentang perdamaian, kejujuran, dan kesederhanaan,” tutupnya.

Perlu diketahui, Festival Samin ke-9 ini menjadi bukti bahwa pelestarian budaya tidak hanya menjadi tugas pewarisnya, tetapi juga menjadi tanggung jawab kolektif, baik dari kalangan akademik, pemerhati budaya, maupun pemerintah. (aj)