Beranda Daerah Ramadan dan Lebaran, Inflasi Gresik Merangkak Naik: Ini Kata BPS

Ramadan dan Lebaran, Inflasi Gresik Merangkak Naik: Ini Kata BPS

Img 20250409 wa0083

GRESIK – Kabar terbaru dari dapur ekonomi Gresik, Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Gresik baru saja merilis data inflasi untuk bulan Maret 2025, yang menunjukkan adanya kenaikan harga menjelang datangnya bulan suci Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri.

Tercatat, inflasi month-to-month (m-to-m) Gresik mencapai 1,77%, dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) menyentuh angka 106,36, naik signifikan dari 104,45 pada Februari 2025.

Meskipun demikian, ada kabar baiknya. Jika dibandingkan dengan tahun lalu, inflasi year-on-year (y-on-y) justru menunjukkan penurunan yang cukup signifikan, berada di angka 0,81% dibandingkan 2,81% pada Maret 2024.

Lantas, apa saja yang memicu kenaikan harga di bulan Maret ini. Menurut data BPS Gresik, beberapa kelompok pengeluaran mengalami lonjakan harga yang cukup tinggi. Di antaranya adalah:

Perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga: Meroket hingga 7,25% dan memberikan andil inflasi sebesar 0,83%. Usut punya usut, berakhirnya diskon tarif listrik dari PLN menjadi salah satu pemicunya.

Makanan, minuman, dan tembakau: Mengalami inflasi sebesar 2,02% dengan andil 0,68%. Beberapa komoditas seperti bawang merah dan cabai rawit turut menyumbang kenaikan ini.

Kesehatan: Tercatat inflasi sebesar 7,19% dengan andil 0,19%, yang disebabkan oleh adanya penyesuaian tarif layanan di RSUD Ibnu Sina.

Namun, di tengah kenaikan harga, ada juga beberapa kelompok pengeluaran yang justru mengalami penurunan harga alias deflasi, yaitu:

Perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga: Deflasi tipis sebesar -0,09%.

Informasi, komunikasi, dan jasa keuangan: Mengalami deflasi -0,10%.

Rekreasi, olahraga, dan budaya: Deflasinya hampir mendekati nol.

Kepala BPS Kabupaten Gresik, Ir. Indriya Purwaningsih, MT, menjelaskan bahwa inflasi pada Maret 2025 ini merupakan indikasi adanya tekanan harga akibat faktor musiman dan penyesuaian kebijakan.

“Inflasi sebesar 1,77% di bulan Maret ini memang dipengaruhi oleh momentum Hari Besar Keagamaan Nasional. Kami mengimbau masyarakat untuk tetap bijak dalam berbelanja dan pemerintah daerah untuk terus menjaga ketersediaan pasokan pangan,” tuturnya.

Lebih lanjut, BPS juga merinci komoditas yang memberikan sumbangan terbesar terhadap inflasi tahunan (y-on-y). Diantaranya adalah makanan, minuman, dan tembakau (1,74% dengan andil 0,59%), kesehatan (8,09% dengan andil 0,22%), dan pendidikan (2,55% dengan andil 0,21%).

Sementara itu, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga justru mengalami deflasi tahunan sebesar -5,45% (andil -0,70%) akibat penurunan tarif listrik pasca subsidi.

Secara spesifik, komoditas yang paling banyak menyumbang inflasi year-on-year adalah bawang merah (0,31%), cabai rawit (0,27%), dan emas perhiasan (0,12%). Di sisi lain, tarif listrik menjadi penyumbang deflasi terbesar dengan angka -0,80%.

Selain data inflasi, BPS juga mencatat adanya penurunan pada Nilai Tukar Petani (NTP) Kabupaten Gresik di bulan Maret 2025 sebesar 0,67% menjadi 101,16.

Hal ini disebabkan oleh penurunan indeks harga yang diterima petani dan kenaikan indeks harga yang harus dibayar petani, terutama pada subsektor tanaman pangan akibat penurunan harga gabah.

Kabar menggembirakan datang dari sektor pariwisata. BPS mencatat adanya peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara ke Jawa Timur melalui Bandara Internasional Juanda sebesar 20,13% pada Februari 2025 dibandingkan bulan sebelumnya, dengan wisatawan asal Malaysia, Tiongkok, dan Singapura mendominasi kedatangan.

Menyikapi berbagai indikator ekonomi ini, BPS Gresik menekankan pentingnya sinergi dan koordinasi antar berbagai sektor untuk menjaga stabilitas harga dan ketersediaan bahan kebutuhan pokok, demi memperkuat ketahanan ekonomi daerah. (Fs)