Beranda Daerah Revolusi Kurikulum Jadi Sorotan di Rembug Pendidikan Bojonegoro 2025

Revolusi Kurikulum Jadi Sorotan di Rembug Pendidikan Bojonegoro 2025

Afe16c12 167d 451a a368 127043648fdd

BOJONEGORO – Pemerintah Kabupaten Bojonegoro bersama Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (PERGUNU) menggelar Rembug Pendidikan bertema “Strategi Mewujudkan Pendidikan Bojonegoro Berdaya Saing Global dan Membanggakan”, Rabu (29/10/2025), di Pendopo Malowopati.

Forum strategis ini menjadi ajang penting bagi pemerintah daerah, akademisi, dan para pendidik untuk merumuskan arah kebijakan serta strategi pendidikan yang adaptif terhadap tantangan global, tanpa kehilangan akar budaya dan karakter bangsa.

Dalam arahannya, Bupati Bojonegoro Setyo Wahono menegaskan bahwa keberhasilan dunia pendidikan tidak semata diukur dari aspek kecerdasan intelektual peserta didik, tetapi juga dari adab dan karakter yang ditanamkan oleh guru.

“Adab dan karakter pendidik menjadi cerminan sejauh mana mereka mampu memberikan keteladanan. Kecerdasan memang penting, tetapi nilai moral dan karakter jauh lebih bermakna untuk membentuk generasi yang beradab,” tegas Bupati Setyo Wahono.

Bupati menambahkan, di era digital yang sarat perubahan, guru dihadapkan pada tantangan besar untuk beradaptasi dengan teknologi dan arus globalisasi.

Menurutnya, lembaga pendidikan seperti pesantren kini dituntut tidak hanya melahirkan santri yang pandai secara akademik, tetapi juga berakhlak mulia dan berjiwa patriotik.

“Kita ingin melahirkan generasi yang berdaya saing global tanpa kehilangan jati diri dan semangat kebangsaan,” imbuhnya.

Bupati juga memberikan apresiasi kepada PERGUNU sebagai organisasi profesi yang berperan penting dalam menjaga nilai moral dan sosial di tengah masyarakat.

Ia menegaskan, Pemkab Bojonegoro akan terus bersinergi dengan lembaga pendidikan dan organisasi guru dalam meningkatkan mutu pendidikan serta kesejahteraan tenaga pendidik.

Sementara itu, Ketua Umum Pengurus Pusat PERGUNU, Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, dalam paparannya menekankan bahwa guru ideal bukan hanya yang cerdas dan berkompeten, melainkan juga memiliki tanggung jawab moral terhadap murid-muridnya.

“Guru yang baik adalah guru yang terus belajar memperbaiki diri, menguasai bidangnya, dan mengajarkan sampai murid benar-benar paham. Ia juga menjadi teladan akhlak dan mendoakan muridnya sebagaimana anak kandungnya sendiri,” ujar Prof. Asep.

Ia optimistis, jika nilai-nilai tersebut dipegang teguh oleh para pendidik, maka sistem pendidikan Indonesia akan mampu melahirkan generasi unggul, berilmu, dan berakhlak mulia.

Dari kalangan akademisi, Prof. Dr. Hj. Sri Minarti, M.Pd.I, Ketua Senat Akademik Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri (Unugiri) Bojonegoro, turut memberikan pandangan kritis.

Dia menilai, ke depan Bojonegoro perlu melakukan revolusi kurikulum agar para guru memahami empat pilar pembelajaran abad ke-21, yakni berpikir kritis, kreatif, kolaboratif, dan komunikatif.

“Pendidikan masa depan membutuhkan pemerataan kualitas SDM, peningkatan literasi membaca, serta penguatan budaya belajar sepanjang hayat. Guru harus mengalami revolusi mental dan terus berinovasi melalui pelatihan berkelanjutan,” jelas Prof. Sri Minarti.

Dirinya menambahkan, kolaborasi yang erat antara pemerintah daerah, Dinas Pendidikan, dan para pendidik menjadi kunci utama dalam menghadapi laju perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang semakin cepat.

Melalui rembug pendidikan ini, diharapkan lahir rumusan kebijakan konkret yang mampu menjadikan Bojonegoro sebagai daerah dengan pendidikan yang maju, berkarakter, dan mampu bersaing di kancah global tanpa meninggalkan nilai-nilai luhur bangsa. (aj)