BOJONEGORO – Di sebuah sudut sederhana Desa Sambiroto, Kecamatan Kapas, tampak suasana hangat para ibu pembatik yang tekun bekerja.
Dua ember lilin di bawah meja, kain batik terbentang dengan nuansa biru menenangkan, sementara aroma malam (lilin batik) perlahan menguar di udara.
Di antara mereka, Tatik (53) sosok tangguh sekaligus Ketua Kelompok Batik Sambiroto, terlihat memimpin proses kreatif itu dengan senyum dan kesabaran.
Dengan tangan-tangan terampil, para ibu ini menciptakan batik cap khas Sambiroto yang memiliki ciri kuat: motif Bunga Sambiloto dan Agni (simbol kayangan api). Keduanya menjadi lambang semangat dan keteguhan masyarakat desa.
“Awalnya saya hanya ingin ibu-ibu di sini punya kegiatan yang bisa menambah penghasilan. Dari situ lahirlah Batik Sambiloto,” ujar Tatik sambil memperlihatkan kain batik yang baru saja selesai diwarnai.
Motif Batik Sambiloto terinspirasi dari tanaman obat Bunga Sambiloto, yang banyak tumbuh di pekarangan warga. Tanaman yang dikenal pahit ini menjadi simbol keteguhan dan penyembuh filosofi yang sejalan dengan semangat masyarakat Sambiroto.
Hak paten untuk motif khas ini difasilitasi oleh Dinas Perindustrian dan Ketenagakerjaan Kabupaten Bojonegoro.
Namun, saat proses pendaftaran, nama “Sambiroto” sempat disesuaikan karena sudah ada sebelumnya, sehingga dipatenkan dengan nama Batik Sambiloto.
“Waktu itu namanya kami ganti, tapi esensinya sama. Malah batik kami pernah dikirim sampai ke Aljazair,” tutur Tatik.
Workshop Batik Sambiroto tidaklah mewah. Hanya beralaskan tanah, dengan alat sederhana dan semangat besar.
Namun, dari kesederhanaan itulah lahir karya kriya yang indah dan bernilai tinggi.
Para pembatik perempuan bekerja dengan sabar, mencelup warna, mencap motif, dan menjemur kain di bawah matahari.
Kelompok batik ini memiliki lebih dari 20 perajin, dengan 11 orang yang aktif berproduksi setiap minggu. Mereka terus berinovasi mengembangkan motif baru, baik murni motif Sambiloto (5 variasi) maupun motif kombinasi Jonegoroan (7 variasi).
Tak hanya fokus pada produksi, Tatik dan rekan-rekannya juga melek digital. Mereka aktif memasarkan produknya lewat media sosial, terutama Instagram.
Akun resmi mereka, @batik_sambiloto_bojonegoro, menjadi etalase daring yang memperkenalkan batik khas desa ini ke seluruh Indonesia bahkan mancanegara.
“Harapan kami, Batik Sambiloto makin dikenal luas dan selalu dilibatkan dalam kegiatan daerah,” ujar Tatik penuh semangat.
Kisah Batik Sambiloto adalah potret kreativitas desa yang berdaya, di mana ibu-ibu rumah tangga mampu menghasilkan produk bernilai ekspor dari alat sederhana dan ketulusan hati.
Lewat tetesan lilin dan kain berwarna biru, mereka menulis cerita Bojonegoro dalam bentuk karya seni yang tak lekang waktu.
Dari tanah Sambiroto, kini pesona Batik Sambiloto menembus pasar internasional menjadi bukti bahwa kreativitas lokal Bojonegoro bisa mendunia. (aj)

























