SURABAYA — Suasana di kawasan Grand City Mall Surabaya mendadak tegang pada Senin (13/10/2025) malam. Seorang warga yang diketahui merupakan anggota Aliansi Madura Indonesia (AMI) terlibat adu mulut dengan petugas Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Surabaya usai menegur dugaan praktik parkir liar.
Insiden yang terjadi sekitar pukul 18.12 WIB di Jalan Walikota Mustajab, Kecamatan Genteng, itu terekam kamera warga dan kini viral di media sosial.
Ketegangan bermula saat warga menegur petugas Dishub terkait aktivitas parkir yang dianggap tak sesuai aturan resmi.
Namun teguran itu justru memicu emosi salah satu petugas Dishub berinisial JT, yang kemudian melontarkan ucapan bernada menantang.
“Kalau kamu memang dari Aliansi Madura, panggil ketua kamu sekalian ke sini,” ujar JT dengan nada tinggi, sebagaimana terdengar dalam video berdurasi tiga menit yang kini beredar luas.
Beberapa warga di lokasi tampak berusaha melerai, tetapi suasana sempat memanas lantaran petugas tersebut terus melontarkan kata-kata bernada provokatif.
Menanggapi kejadian tersebut, Ketua Umum Aliansi Madura Indonesia (AMI), Baihaqi Akbar, mengecam sikap arogan oknum petugas Dishub tersebut. Menurutnya, tindakan itu tidak pantas ditunjukkan oleh aparatur pelayanan publik.
“Kami tidak mencari ribut. Kami hanya mengingatkan agar penertiban parkir dilakukan sesuai aturan. Warga berhak mengawasi dan memberi masukan, bukan malah ditantang,” tegas Baihaqi saat dikonfirmasi awak media.
Baihaqi menambahkan, pihaknya akan mengirimkan surat resmi kepada Wali Kota Surabaya dan Kepala Dishub untuk meminta klarifikasi atas insiden tersebut.
Ia menilai kejadian ini menandakan masih lemahnya pengawasan terhadap petugas lapangan Dishub, khususnya dalam penanganan parkir di wilayah strategis kota.
Beberapa warga yang menyaksikan peristiwa itu membenarkan adanya adu mulut di lokasi.
“Awalnya cuma tegur baik-baik, karena ada yang ngatur parkir tapi nggak pakai tanda resmi Dishub. Eh malah petugasnya marah-marah,” ungkap Rudi, saksi mata di tempat kejadian.
Dia menuturkan, insiden tersebut sempat menarik perhatian pengunjung mal dan pengendara yang melintas. Beruntung, situasi akhirnya bisa diredam setelah beberapa warga menengahi.
Hingga berita ini dirilis, Dinas Perhubungan Kota Surabaya belum mengeluarkan pernyataan resmi. Beberapa media yang berusaha menghubungi Kabid Pengendalian dan Ketertiban Dishub belum mendapat tanggapan.
Namun, sumber internal Dishub menyebut pihaknya tengah mengumpulkan keterangan dan memastikan identitas petugas yang terlibat.
“Kami masih menelusuri kejadian sebenarnya. Jika sudah jelas, akan disampaikan secara resmi,” ujarnya singkat.
Persoalan parkir liar di Surabaya memang bukan hal baru. Selama beberapa tahun terakhir, masyarakat kerap mengeluhkan ulah juru parkir ilegal yang mematok tarif di luar ketentuan.
Meski Dishub rutin melakukan razia dan penertiban, praktik parkir ilegal masih marak ditemukan, bahkan di area publik dan pusat perbelanjaan besar seperti Grand City.
Beberapa pengamat menilai, lemahnya pengawasan dan dugaan “main mata” antara oknum petugas dan pengelola parkir menjadi faktor penyebab masalah ini tak kunjung tuntas.
Insiden di Grand City ini menambah panjang daftar keluhan publik terhadap pengelolaan parkir di Kota Pahlawan.
Warga berharap Pemerintah Kota Surabaya segera menindak tegas oknum yang bersikap arogan, sekaligus memperbaiki sistem pengawasan agar kejadian serupa tidak kembali terjadi.
“Petugas Dishub harusnya jadi contoh dan pelayan masyarakat, bukan justru bersikap menantang,” ujar Naim salah satu warga saat ditemui di lokasi.
Perdebatan antara warga dan petugas Dishub Surabaya ini menjadi cermin bahwa masalah parkir liar bukan sekadar persoalan teknis, tetapi juga persoalan etika pelayanan publik.
Masyarakat kini menunggu langkah nyata dari Pemerintah Kota Surabaya apakah hanya sebatas klarifikasi, atau benar-benar ada tindakan tegas terhadap oknum yang mencoreng citra aparatur kota. (Sam)

























