JAKARTA – Di balik senyum lembut dan tutur kata penuh keyakinan, tersimpan kisah perjuangan luar biasa dari Nur Syifa Nadiastuti, wisudawati Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Negeri Jakarta (UNJ).
Perempuan muda ini bukan hanya lulus dengan segudang prestasi, tetapi juga menorehkan sejarah pribadi, lebih dari 150 penghargaan tingkat nasional dan internasional selama masa kuliahnya.
Saat ditemui tim Humas UNJ usai prosesi Wisuda UNJ Gelombang I Sesi III, Rabu (8/10/2025), Syifa menceritakan perjalanan yang penuh air mata, doa, dan kerja keras tanpa batas.
Sejak kecil, Syifa tumbuh dalam keluarga sederhana yang penuh doa. “Orang tua selalu bilang, jadilah anak yang berguna bagi bangsa dan agama. Dulu aku belum paham maknanya, tapi sekarang aku benar-benar mengerti,” tuturnya.
Pesan terakhir sang ayah sebelum Syifa masuk kuliah di UNJ terus terngiang di benaknya, “Jadilah mahasiswa terbaik.”
Kalimat sederhana itu menjadi kompas hidup Syifa memandunya menembus ratusan kompetisi dan forum ilmiah hingga akhirnya menjadi Mahasiswa Berprestasi Utama UNJ.
Bagi Syifa, memilih jurusan Manajemen bukan soal bisnis semata, melainkan tentang memahami bagaimana cara mengatur hidup dan mimpi.
“Aku ingin jadi pekerja kantoran yang keren sekaligus pengusaha sukses. Karena itu aku belajar manajemen agar tahu cara memimpin dan mengelola bisnis,” ujarnya.
Kini, sebelum resmi diwisuda, Syifa telah diterima bekerja di Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan mengelola bisnis rintisan pribadi.
“Sekarang karyawannya baru satu, personal assistant ku sendiri,” candanya sambil tersenyum.
Tak hanya itu, Syifa juga dikenal luas sebagai konten kreator edukasi dengan lebih dari 150 ribu pengikut di Instagram dan TikTok. Melalui kontennya, ia membagikan tips menulis, public speaking, hingga motivasi bagi mahasiswa di seluruh Indonesia.
Empat tahun di UNJ menjadi masa yang mengubah hidupnya. Ia pernah dipercaya sebagai Duta UNJ, pembicara di berbagai kampus dalam dan luar negeri, hingga juri lomba esai ilmiah di universitas ternama seperti UI, IPB, UGM, UNDIP, dan UNNES.
“Awalnya aku sering ikut lomba esai. Lalu karena sering berbagi tips di media sosial, banyak kampus mengundang aku jadi pembicara,” ungkapnya.
Pesan yang selalu ia sampaikan kepada peserta lomba adalah, “Kamu tidak akan berhasil kalau melewati kegagalan tanpa evaluasi.”
Syifa juga mengenang masa magangnya di Humas UNJ sebagai titik balik perjalanan kariernya.
“Dari Humas aku belajar profesionalitas, komunikasi, dan public speaking. Itu yang membuatku siap bekerja di dunia profesional,” ucapnya bangga.
Di balik tumpukan piagam dan medali, ada cerita haru yang membuat banyak orang terdiam. Sang ayah yang selama empat tahun dengan setia mengantar jemput Syifa ke kampus setiap hari, bahkan di tengah hujan dan panas meninggal dunia tepat sehari sebelum sidang skripsi putri tercintanya.
“Papa selalu antar jemput aku dari pagi sampai malam. Dukungan papah yang membuat aku kuat,” ujarnya menahan air mata.
Kini, setiap penghargaan yang ia raih menjadi persembahan untuk sang ayah di surga. “Doa papa selalu jadi kekuatan aku. Semoga beliau melihat aku sekarang dan tersenyum bangga di sana,” katanya.
Sebelum kuliah, Syifa sudah terbiasa membantu sang ibu berjualan di lokapasar (marketplace). Dari sanalah ia belajar tentang strategi bisnis digital, promosi, dan pemasaran online.
“Dari jualan online bareng ibu, aku belajar banyak hal. Ternyata seru banget dan justru jadi bekal utama di dunia kerja,” ujarnya.
Kini, di tengah kesibukannya bekerja dan berbisnis, Syifa tetap aktif berbagi inspirasi bagi mahasiswa dan pelajar di berbagai daerah.
“Doa orang tua, kerja keras, dan pengalaman di UNJ jadi bekal utama aku untuk melangkah. Semoga bisa bermanfaat untuk banyak orang,” tutupnya sambil tersenyum menyimpan rindu yang tak pernah padam untuk sang ayah tercinta. (Red)