Beranda Daerah DLH Bojonegoro: Hasil Uji Lab Air Bengawan Solo Butuh Waktu 14 Hari

DLH Bojonegoro: Hasil Uji Lab Air Bengawan Solo Butuh Waktu 14 Hari

A67c1f04 2b0a 4b26 9d1f 374a0e6c2b40

BOJONEGORO – Fenomena berubahnya warna air Bengawan Solo membuat Pemkab Bojonegoro melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) turun tangan.

Tim DLH telah mengambil sampel air dari beberapa titik aliran sungai untuk diuji di laboratorium terakreditasi di Surabaya.

Sekretaris DLH Bojonegoro, Beny Subiakto, menjelaskan bahwa pihaknya bergerak cepat begitu fenomena ini dilaporkan masyarakat.

“Tim sudah kami turunkan untuk mendokumentasikan kondisi sungai sekaligus mengambil sampel air. Semua akan diuji di laboratorium yang sudah terakreditasi di Surabaya karena lab milik DLH Bojonegoro belum memenuhi standar akreditasi,” ungkapnya, Jumat (26/9/2025).

Beny menambahkan, hasil uji laboratorium baru bisa diketahui sekitar 10–14 hari kerja ke depan. “Saat ini kami belum bisa memastikan penyebab perubahan warna air. Semua harus menunggu hasil resmi laboratorium,” tegasnya.

DLH Bojonegoro menegaskan akan terus mengawal persoalan ini dengan pemantauan intensif serta koordinasi lintas daerah.

“Kami pastikan setiap perkembangan akan disampaikan, agar masyarakat juga mendapatkan kepastian informasi,” tutup Beny.

Sementara itu, Tutik Prangmiatun, Staf Pengendali Dampak Lingkungan Ahli Muda DLH Bojonegoro, memaparkan bahwa pengambilan sampel dilakukan di titik Bendung Gerak Kalitidu. Langkah tersebut sesuai dengan aturan PP Nomor 22 Tahun 2021 tentang baku mutu air sungai.

Selain pengambilan sampel, DLH Bojonegoro juga memantau kualitas air Bengawan Solo melalui sistem ONLIMO (Online Monitoring System) yang terpasang di Stasiun KLHK59 Padangan. Dari grafik tren periode 16–22 September 2025, terpantau adanya indikasi pencemaran.

Sebagai langkah antisipasi, DLH Bojonegoro juga telah melaporkan fenomena ini ke DLH Provinsi Jawa Timur, BBWS Bengawan Solo, serta Balai Gakkum Kementerian LHK di Surabaya. Tujuannya, untuk menelusuri lebih lanjut sumber pencemaran dan menyiapkan langkah penanggulangan.

“Dari koordinasi dengan DLH Kabupaten Ngawi, diperoleh informasi bahwa air yang masuk wilayah Ngawi memang sudah tercemar. Jadi kemungkinan besar sumber pencemaran berasal dari daerah hulu, bukan dari Bojonegoro,” jelas Tutik. (aj)