BOJONEGORO – Tragedi meninggalnya Affan Kurniawan (driver ojek online) yang tewas usai dilindas kendaraan taktis Brimob saat aksi demonstrasi di Jakarta, Kamis (28/8/2025), terus menuai gelombang kecaman.
Pimpinan Daerah (PD) Muhammadiyah Bojonegoro melalui Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) serta Majelis Hukum dan HAM (MHH) menegaskan, peristiwa ini bukan sekedar kecelakaan, melainkan bentuk pelanggaran serius Hak Asasi Manusia (HAM).
“Tindakan represif aparat dalam kasus ini masuk kategori extra judicial killing. Itu pelanggaran hak hidup yang dijamin oleh konstitusi,” tegas Sholikin Jamik, Wakil Ketua PD Muhammadiyah Bojonegoro, Minggu (31/8/2025).
Selain menewaskan Affan, lebih dari 600 demonstran juga ditangkap secara sewenang-wenang. Muhammadiyah menyebut tragedi ini hanyalah puncak gunung es dari pola kekerasan aparat yang terus berulang.
Sholikin menyinggung kasus-kasus serupa, mulai dari konflik Rempang, Wadas, hingga Tragedi Kanjuruhan, di mana aparat kerap digunakan untuk mengamankan kepentingan proyek dan korporasi alih-alih melindungi rakyat.
“Negara melalui Polri gagal menjalankan kewajiban konstitusionalnya yaitu, melindungi hak hidup, rasa aman, dan kebebasan menyampaikan pendapat,” tegasnya lagi.
Dalam pernyataan sikapnya, Muhammadiyah mengajukan lima tuntutan keras kepada pemerintah:
1. Presiden dan Kapolri diminta memastikan penyelidikan dilakukan transparan, melibatkan tim independen, Komnas HAM, dan masyarakat sipil.
2. Reformasi menyeluruh di tubuh Polri, termasuk audit kewenangan dan penggunaan persenjataan.
3. Kapolri diminta mundur, karena dianggap gagal mengubah watak represif institusi kepolisian.
“Diamnya pemerintah sama saja merestui tindakan brutal aparat,” kata Sholikin.
4. Bebaskan semua demonstran yang ditahan tanpa dasar hukum.
5. Menetapkan kondisi saat ini sebagai darurat HAM yang mengancam masa depan demokrasi Indonesia.
Muhammadiyah juga menyoroti sikap para pejabat dan anggota DPR yang bungkam. Menurut mereka, demi keteladanan moral dan politik, pejabat serta wakil rakyat yang terlibat harus berani mundur.
Tragedi Affan kini bukan sekadar duka keluarga korban, tapi telah berubah menjadi simbol perlawanan terhadap praktik brutal aparat dan lemahnya negara dalam melindungi warganya. (aj)