KOTA BATU – Insiden maut kembali mewarnai proyek strategis di Kota Batu. Seorang pekerja dilaporkan tewas mengenaskan setelah jatuh dari lantai 4 Pasar Induk Among Tani, Selasa (19/8/2025) siang.
Korban terperosok saat memperbaiki saluran air di area plafon lantai 4. Diduga, bagian plafon yang ia injak tidak kuat menahan beban hingga jebol. Jatuh dari ketinggian sekitar 30 meter, korban meninggal di tempat.
Sejumlah saksi menyebutkan korban tidak menggunakan peralatan keselamatan saat bekerja, meski alat pelindung diri (APD) sebenarnya tersedia.
“Padahal ada alat pengaman, tapi tidak dipakai. Jadi korban langsung jatuh begitu plafon jebol,” terang Hardi, petugas Pasar Among Tani.
Korban langsung dievakuasi tim medis bersama aparat Polres Batu. Area kejadian dipasang garis polisi untuk kepentingan olah TKP. Hingga kini, identitas lengkap korban belum diumumkan resmi pihak kepolisian.
Tragedi ini sontak memunculkan sorotan serius terhadap penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di proyek-proyek pembangunan Kota Batu. Pasalnya, insiden jatuhnya pekerja akibat kelalaian penggunaan APD sudah bukan kali pertama terjadi.
Minimnya pengawasan dan lemahnya kepatuhan terhadap standar K3 diduga kuat menjadi faktor penyebab kecelakaan kerja ini.
Kondisi tersebut menambah catatan buruk keselamatan kerja di proyek Pasar Induk Among Tani, yang semestinya menjadi ikon perdagangan modern Kota Batu.
“Kasus ini jelas menunjukkan lemahnya pengawasan K3. Harus ada evaluasi serius, jangan sampai nyawa pekerja kembali jadi taruhan,” ujar Abdur Rasyid salah satu pengamat pekerjaaan umum di Kota Batu.
Polisi saat ini masih melakukan penyelidikan lebih lanjut terkait penyebab pasti kecelakaan dan dugaan kelalaian dari pihak pelaksana proyek.
Publik mendesak agar peristiwa ini tidak dianggap sekedar insiden biasa, melainkan peringatan keras untuk memperketat standar keselamatan kerja.
Tragedi jatuhnya pekerja dari lantai 4 Pasar Induk Among Tani menjadi bukti bahwa keselamatan pekerja sering kali diabaikan. Sayangnya, konsekuensi dari kelalaian ini harus dibayar mahal dengan hilangnya satu nyawa. (Red)