BOJONEGORO – Di balik deru alat berat dan pembangunan infrastruktur fisik, ada sisi humanis dari program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-125 di Kabupaten Bojonegoro yang tak kalah penting: menyelamatkan nyawa melalui edukasi mitigasi bencana.
Berlokasi di Balai Desa Soko, Kecamatan Temayang, Selasa (5/8/2025), Satgas TMMD Kodim 0813 Bojonegoro bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro menggelar sosialisasi tanggap bencana.
Kegiatan non-fisik ini menjadi bukti nyata bahwa TMMD tak hanya membangun jalan atau gedung, tapi juga membangun kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat.
Turun langsung sebagai pemateri, Agus Purnomo, S.H., Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik BPBD Bojonegoro, menekankan pentingnya kesiapsiagaan sejak dini menghadapi bencana.
Mulai dari banjir, longsor, kekeringan, hingga bencana non-alam seperti wabah penyakit dan kegagalan teknologi.
“Masyarakat perlu memahami apa yang harus dilakukan di tiga fase penting: sebelum bencana, saat bencana, dan setelahnya. Kemandirian warga menjadi kunci utama,” tegas Agus.
Ia menambahkan bahwa dalam menghadapi potensi bencana, kolaborasi lintas sektor sangat diperlukan. Pemerintah, lembaga, komunitas, hingga warga harus bersatu dalam strategi pencegahan dan penanggulangan.
“Tidak ada yang bisa bekerja sendiri. Butuh gotong royong dan kerja bersama agar penanganan bencana berjalan efektif dan menyeluruh,” tambahnya.
Sementara itu, Letda Mar Rohmad Widodo, Komandan Pleton 3 Satgas TMMD, menilai edukasi ini sebagai bentuk pembangunan mental yang tak kalah penting dari pembangunan fisik.
“Kami ingin warga tidak hanya merasakan manfaat infrastruktur, tapi juga punya bekal pengetahuan dalam menghadapi situasi darurat. Apalagi Desa Soko termasuk daerah rawan banjir dan tanah longsor,” ujarnya.
Dengan kegiatan ini, TMMD mendorong terwujudnya masyarakat tangguh bencana yakni masyarakat yang mampu mengenali risiko, bertindak cepat, dan pulih secara mandiri setelah bencana terjadi.
Letda Rohmad berharap, lewat edukasi ini, masyarakat Desa Soko lebih siap menghadapi ancaman alam. Selain menyelamatkan diri, mereka juga diharapkan mampu menjadi agen edukasi di lingkungan masing-masing.
“Semoga ke depan, jika terjadi bencana, penanganannya bisa lebih sigap dan tepat sasaran. Ini bukan soal hari ini saja, tapi investasi keselamatan jangka panjang untuk warga,” pungkasnya. (aj)