Beranda Infotaiment Musim Tembakau Dihantam Cuaca Ekstrem, Petani Kedungadem Bojonegoro Tak Menyerah

Musim Tembakau Dihantam Cuaca Ekstrem, Petani Kedungadem Bojonegoro Tak Menyerah

580e596b 5b35 4207 94ab e44eca6e15c1

BOJONEGORO – Harapan kembali tumbuh di lahan-lahan pertanian Kecamatan Kedungadem, Kabupaten Bojonegoro.

Musim tanam tembakau tahun ini resmi dimulai, namun bukan tanpa tantangan, cuaca yang tak menentu justru menjadi cobaan berat bagi para petani, yang harus berjibaku dengan hujan meski kalender menunjukkan musim kemarau.

Mukhlisin, salah satu petani tembakau asal Desa Kedungadem, menuturkan kisah perjuangannya menaklukkan musim tanam kali ini.

Sudah tiga kali ia menanam tembakau sejak akhir Mei, namun selalu kandas karena curah hujan tinggi.

“Hujan terus datang padahal sudah musim kemarau. Tanaman yang baru tumbuh langsung rusak. Hampir menyerah, tapi ini satu-satunya harapan,” keluhnya pada Selasa, 29 Juli 2025.

Kini, ia memasang harapan pada penanaman terakhir yang telah berusia 21 hari. Tanaman sudah mencapai satu jengkal lebih, dan ia berharap tak ada lagi hujan deras yang bisa merusak.

“Kalau cuaca bersahabat, semoga bulan September nanti bisa mulai panen,” ungkapnya dengan nada penuh harap.

Kondisi berbeda dialami Suwono, petani asal Desa Tumbrasanom. Setelah gagal menanam bawang merah, ia memutuskan beralih ke tembakau sejak awal Mei.

Berkat letak sawahnya yang berada di dataran tinggi, dia berhasil menyelamatkan sebagian besar tanamannya dari genangan air.

“Awalnya saya kecewa karena bawang gagal. Tapi alhamdulillah, tembakau saya tumbuh bagus. Sudah tiga kali jual, harganya Rp30 ribu per kilo,” jelas Suwono, sambil merapikan hasil rajangan yang dijemur di halaman rumahnya.

Meski cuaca sempat membuat beberapa batang mati, ia tak menyerah. Lahan yang rusak langsung ditanami ulang. “Kuncinya sabar dan telaten. Kalau mudah putus asa, ya tidak akan panen,” ujarnya.

Musim tanam tembakau kali ini benar-benar menjadi ujian bagi para petani Bojonegoro. Mereka dihadapkan pada kenyataan iklim yang makin tak bisa diprediksi.

Namun, di balik itu, muncul kisah-kisah kegigihan dan ketangguhan yang luar biasa.

Mereka tahu betul bahwa tembakau bukan sekedar tanaman, tetapi sumber nafkah utama.

Maka, meski langit terus menggelap dan tanah basah oleh hujan, tangan-tangan petani tetap bekerja, menanam harapan di setiap lubang tanah.

Tembakau tahun ini mungkin tak sempurna, tapi semangat petani Bojonegoro tak pernah setengah-setengah. (im)