Beranda Infotaiment Infus Nanobubbles: Harapan Baru Pengidap Stroke, Jantung, dan Gagal Ginjal

Infus Nanobubbles: Harapan Baru Pengidap Stroke, Jantung, dan Gagal Ginjal

Img 20250716 wa0008

MALANG – Dunia kesehatan Indonesia mendapat angin segar, sebuah inovasi terapi medis berbasis molekuler kini tengah jadi sorotan, infus nanobubbles.

Teknologi supercanggih ini diklaim mampu membantu pemulihan berbagai penyakit kronis seperti stroke, diabetes, gagal ginjal, hingga kanker, tanpa efek samping berarti.

Teknologi revolusioner ini dikenalkan secara luas dalam ajang Inaugurasi ke-30 Berkala Penelitian Hayati, yang digelar di Whiz Prime Hotel, Malang, pada 21 Juni 2025.

Ajang ilmiah ini menjadi momentum penting yang mempertemukan ilmuwan, peneliti, dan praktisi kesehatan dari berbagai penjuru tanah air.

Dalam acara tersebut, IMI (Institut Molekul Indonesia) bersama komunitas RAHO Club tampil di garda depan, menyampaikan hasil penelitian dan testimoni mencengangkan dari terapi infus nanobubbles yang telah diterapkan di lapangan.

Menurut dr. Aditya Tri Hernowo, Ph.D, peneliti utama IMI, nanobubbles adalah gelembung gas ultra kecil berukuran di bawah 100 nanometer.

Jangan remehkan ukurannya, justru karena sangat kecil, mereka mampu menembus jaringan tubuh hingga ke dalam sel, membawa molekul penting seperti oksigen, hidrogen, dan gasotransmitter (seperti NO, CO, H₂S) yang berfungsi memulihkan sel dari dalam.

“Nanobubbles bukan sekadar pembawa zat, tapi juga stimulan alami yang mengaktifkan metabolisme sel, mengurangi stres oksidatif, dan mempercepat regenerasi jaringan,” papar dr. Aditya.

Dari uji klinis yang dilakukan IMI, hasilnya membuat banyak pihak tercengang. Pada pasien stroke dan diabetes, infus nanobubbles tiga kali seminggu selama sebulan menurunkan kadar gula darah hingga 46%, meredakan kejang otot dan nyeri, bahkan membantu pasien kembali berjalan!

Tak hanya itu, pada 119 pasien gagal ginjal kronis (CKD), terapi ini membantu menurunkan tekanan darah, memperbaiki ritme jantung, serta meningkatkan jumlah sel darah merah dan limfosit tanda adanya pemulihan sistem tubuh secara alami.

Prof. Sutiman B. Sumitro, D.Sc, penasehat ilmiah IMI dan Chief Editor Berkala Penelitian Hayati, menyebut terapi ini membawa air hidrogen aktif ukuran subnano yang bisa memengaruhi ekspresi gen.

“Ini bukan hanya anti aging, tapi juga pembuka jalan terapi regeneratif,” jelasnya.

Sementara itu, Kan Eddy, Ketua RAHO Club yang juga Penasehat Departemen Usaha Pusat PJI (Persatuan Jurnalis Indonesia), memberikan testimoni personal.

“Awalnya coba-coba, ternyata hasilnya di luar dugaan. Banyak anggota kami yang menderita stroke, jantung, ginjal, bahkan kanker, merasakan perubahan luar biasa hanya dalam beberapa hari,” ucapnya.

Hal senada disampaikan Hartanto Boechori, tokoh pers nasional dan Ketua Umum PJI.

“Teknologi ini bukan sekedar temuan ilmiah, tapi harapan nyata bagi rakyat. Murah, aman, dan efektif. Saya sangat berharap terapi ini bisa masuk BPJS agar lebih banyak rakyat kecil bisa merasakannya,” ujarnya.

Para akademisi seperti Prof. Dr. Bambang Irawan dan Irfan Mustafa, Ph.D, yang juga pengelola Berkala Penelitian Hayati, menyampaikan bahwa tujuan utama dari ilmu pengetahuan adalah memberi dampak nyata.

“Kami berharap riset ini tidak berhenti di jurnal, tapi benar-benar sampai ke masyarakat,” kata mereka.

Dengan dukungan publik, komunitas medis, dan harapan agar negara hadir lewat kebijakan seperti BPJS, terapi infus nanobubbles digadang-gadang sebagai solusi medis masa depan yang lahir dari bumi Indonesia sendiri. (hb)