BOJONEGORO – Suasana sakral dan penuh kebersamaan menyelimuti Desa Pejok, Kecamatan Kedungadem, Kabupaten Bojonegoro, pada Rabu (25/6/2025), saat warga menggelar Sedekah Bumi sebagai bentuk syukur atas hasil panen dan keberkahan hidup.
Tradisi tahunan ini disambut antusias, dengan rangkaian acara yang meriah namun tetap khidmat, dipusatkan di halaman Masjid Al-Hidayah, RT 07/08 RW 04 Desa Pejok.
Ritual sedekah bumi atau dikenal juga sebagai nyadran ini diawali dengan ziarah kubur pada pagi hari ke makam para leluhur dan keluarga yang telah wafat.
Lalu siang harinya, acara dilanjutkan dengan pengajian umum yang menghadirkan tokoh ulama kondang, KH. Zainul Anwar, pengasuh Ponpes Al-Qoyyim Sukosari, Kasembon, Malang.
Ribuan warga memadati halaman masjid dengan penuh semangat. Acara makin terasa hidup ketika KH Zainul Anwar mengajak seluruh hadirin bershalawat bersama, diiringi alunan indah Tim Hadrah Nurul Hidayah dari desa setempat. Suasana religi begitu kuat terasa, menciptakan momen yang menggetarkan hati.
Dalam tausiyahnya, KH Zainul menyampaikan pesan mendalam tentang pentingnya bersyukur, bersedekah, dan membantu sesama.
“Orang kaya yang paling utama adalah yang pandai bersyukur dan ringan tangan membantu tetangga. Sedangkan orang miskin yang sabar dan menerima adalah lebih utama dari orang kaya,” katanya.
Tak lupa, ia juga mendoakan seluruh warga Desa Pejok agar diberi rezeki yang berkah dan menjadi orang-orang yang kaya hati dan harta.
Acara juga dihadiri oleh Ketua BPD Jamal beserta anggota, para tokoh agama, dan tokoh masyarakat. Mewakili Kepala Desa Mustahar yang berhalangan hadir, Jogoboyo Sutomo menyampaikan sambutan hangat dan apresiasi tinggi kepada seluruh warga.
“Dengan niat sedekah bumi ini, semoga kita semua mendapat berkah dan kelancaran dalam usaha. Terima kasih kepada masyarakat Pejok yang tetap menjaga dan melestarikan adat istiadat warisan leluhur,” ujar Sutomo.
Ia juga menambahkan, bahwa sedekah bumi bukan hanya tradisi, tapi juga momen penting untuk mengambil hikmah demi kesejahteraan dunia dan bekal akhirat.
Sementara, Supinto, salah satu warga Desa Pejok, menyampaikan bahwa acara ini selalu dinanti-nanti setiap tahun, dan biasanya digelar setelah panen dan sebelum bulan Suro (Muharram).
“Masyarakat sangat antusias. Ini bukan sekadar acara adat, tapi juga ajang untuk mempererat silaturahmi dan menjaga tradisi yang diwariskan turun-temurun,” katanya. (Kun)