SUMEDANG – Suasana kampus Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Jatinangor mulai dipenuhi para kepala daerah dari berbagai wilayah Indonesia.
Mereka datang untuk mengikuti retret gelombang dua, yang dijadwalkan berlangsung selama empat hari penuh, mulai Senin (23/6) hingga Kamis (26/6) 2025.
Retret ini menjadi momen penting bagi para pemimpin daerah untuk menjalani pembinaan kepemimpinan, kedisiplinan, dan penguatan karakter, dengan suasana semi-militer yang tegas namun bersahabat.
Sejak Minggu pagi (22/6), para peserta mulai berdatangan. Mereka tampil gagah dengan seragam loreng cokelat lengkap, baret, sepatu bot, hingga kalung tanda pengenal. Gaya mereka mirip pasukan elite, lengkap dengan emblem nama dan jabatan di dada.
Wakil Menteri Dalam Negeri, Bima Arya, menyampaikan bahwa 99 persen persiapan telah rampung. Ia pun mengecek langsung kesiapan para praja dan panitia.
“Alhamdulillah, semuanya siap. Ini ajang refleksi sekaligus penguatan karakter kepala daerah,” ucap Bima kepada wartawan.
Setelah pembukaan, para kepala daerah nantinya akan berganti ke seragam loreng hijau ala Komponen Cadangan (Komcad) seperti yang dipakai dalam retret gelombang pertama.
Bima Arya menyebutkan bahwa dari total peserta, ada satu kepala daerah yang terpaksa mengundurkan diri karena berduka yakni Gubernur Papua Pegunungan yang ibunya wafat.
“Jadi yang hadir tinggal 86 kepala daerah, minus satu yang pulang karena orang tua wafat,” ungkap Bima.
Dalam retret ini, panitia juga memberi pita merah kepada peserta dengan riwayat penyakit berat, seperti pasca operasi bypass jantung. Meski begitu, mereka tetap mengikuti seluruh rangkaian kegiatan, namun dengan pengawasan ketat dari tim medis.
“Mereka tetap ikut, tapi dalam pantauan. Ini bentuk kehati-hatian kita,” ujar Bima.
Retret ini rencananya akan dibuka langsung oleh Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian. Namun untuk kehadiran Presiden Prabowo Subianto, Bima mengatakan belum ada konfirmasi.
“Kami masih menunggu konfirmasi kehadiran Presiden,” katanya singkat.
Dengan nuansa semi militer, kedisiplinan tinggi, dan kebersamaan dalam satu tempat, retret ini tak hanya membentuk fisik, tapi juga mental, jiwa kepemimpinan, dan solidaritas antar kepala daerah. (Red)