BOJONEGORO — Pemerintah Kabupaten Bojonegoro terus tancap gas untuk menurunkan angka stunting! Dalam kegiatan Penilaian Kinerja Pencegahan dan Percepatan Penurunan Stunting 2025 yang digelar Rabu (11/6/2025) di Gedung Pemkab, Bupati Setyo Wahono memaparkan sederet aksi nyata yang sudah dilakukan daerahnya.
Hadir dalam kegiatan ini tim penilai dari Pemprov Jawa Timur yang terdiri dari 8 panelis ahli dari berbagai institusi seperti Dinas Kesehatan, Bappeda, TP PKK, hingga akademisi dan organisasi masyarakat.
Mas Wahono sapaan akrab Bupati mengungkapkan bahwa selama lima tahun terakhir, angka stunting di Bojonegoro berhasil ditekan hingga 4,84%.
Berdasarkan data SSGI 2024, prevalensi stunting turun menjadi 12%, dari sebelumnya 14,1% di tahun 2023. Sebuah pencapaian besar yang bukan cuma data, tapi hasil dari kerja kolektif semua pihak.
“Kami libatkan semua elemen, dari pemerintah, masyarakat, dunia usaha, akademisi, media, hingga relawan di tingkat desa,” ujarnya.
Aksi Nyata Bojonegoro untuk Turunkan Stunting:
Rembug Stunting melibatkan seluruh elemen masyarakat
Pembentukan 545 Kader Pembangunan Manusia di 419 desa
1.002 Tim Pendamping Keluarga (TPK) aktif di lapangan
Seluruh desa/kecamatan memiliki TPPS (Tim Percepatan Penurunan Stunting)
Tak hanya itu, dalam RPJMD 2025–2029, Pemkab sudah menyiapkan berbagai program strategis untuk menekan stunting sekaligus memperkuat ekonomi keluarga. Salah satu andalannya adalah GAYATRI.
Program ini bertujuan menurunkan stunting, mengurangi pengeluaran rumah tangga, dan meningkatkan kemandirian ekonomi masyarakat.
“Kami ingin warga tidak hanya mengonsumsi, tapi juga memproduksi. Ini soal kemandirian,” tegas Mas Wahono.
Tak ketinggalan, ada juga program Domba Sejahtera, pemberian bibit sayur, dan instalasi pemanen air hujan (IPAH) untuk mendukung ketahanan pangan dan sanitasi.
Bupati menutup paparannya dengan penuh semangat dan optimisme.
“Dengan kolaborasi semua pihak, kami yakin Bojonegoro bisa bebas stunting. Terus dampingi kami untuk membawa hasil lebih baik lagi,” pungkasnya.
Kegiatan penilaian ini bukan hanya ajang seremonial, tapi menjadi momen penting untuk menunjukkan bahwa Bojonegoro serius dan konsisten dalam perang melawan stunting bukan dengan slogan, tapi lewat aksi nyata. (aj)