Beranda Infotaiment Riset Kesehatan Nano Meledak, IMI Gaet Dokter Top dan RAHO Club untuk...

Riset Kesehatan Nano Meledak, IMI Gaet Dokter Top dan RAHO Club untuk Revolusi Medis

Img 20250607 wa0021

KOTA BATU – Dunia medis Indonesia bersiap menyambut revolusi besar, Institut Molekul Indonesia (IMI) bersama RAHO Club sedang tancap gas membangun pusat riset dan terapi kesehatan berbasis nanoteknologi. Targetnya Bukan main-main, Indonesia jadi pusat kesehatan molekuler kelas dunia.

Dalam gelaran Gathering Dokter IMI–RAHO pada 2–4 Mei 2025 di Jambuluwuk Resort, Kota Batu, para ilmuwan, dokter, hingga tokoh nasional berkumpul membahas satu hal penting, terapi gelembung nano oksihidrogen (HHO Nanobubble) dan potensi dahsyatnya mengatasi penyakit degeneratif seperti diabetes, kanker, hingga stroke.

“Kami tidak bisa berjalan sendiri. Ini momentum membangun ekosistem riset kesehatan nasional. IMI hadir sebagai simpul kolaborasi dari akademisi, dokter, industri hingga regulator,” tegas Prof. Akhmad Sabarudin, Ketua IMI.

Beberapa dokter spesialis papan atas ikut mempresentasikan rencana riset berbasis nanobubble, seperti, dr. Syifa Mustika (terapi fatty liver), dr. Olly Indrajani (terapi ginjal & diabetes), dr. Anang Mufti (terapi kanker payudara), dr. Gatot Sudarwanto (terapi osteoarthritis).

Mereka memanfaatkan HHO Nanobubble, teknologi mutakhir yang dipercaya bisa memperbaiki kerja mitokondria dan mempercepat proses pemulihan sel tubuh.

Uniknya, RAHO Club sebagai komunitas pendukung riset IMI, menjalankan skema subsidi silang. Para member yang mampu berdonasi membantu mereka yang kurang mampu agar sama-sama bisa menikmati terapi gelembung nano. Tidak hanya sehat bersama, tapi juga ikut mendorong lahirnya terobosan medis.

“Kami bukan hanya komunitas. Kami ini gerakan. Donasi member kami bukan hanya bantu penelitian, tapi juga jadi bagian dari solusi nasional,” ungkap Kan Eddy, Ketua RAHO Club yang mengaku tubuhnya makin fit dan muda setelah ratusan kali terapi infus nano.

RAHO Club dan IMI menjalankan sinergi langka di Indonesia, satu fokus pada riset, satu lagi di sisi pembiayaan dan naracoba. Hasilnya, puluhan riset jalan, laboratorium aktif, dan inovasi terus lahir tanpa tergantung dana negara.

Menurut Ketua Umum Persatuan Jurnalis Indonesia (PJI) yang juga penasihat RAHO, kolaborasi ini sangat layak didukung oleh negara.

“Ini luar biasa, aktivitas RAHO-IMI menghasilkan manfaat berantai. Riset jalan, dokter dan peneliti produktif, masyarakat sehat, dan negara bisa hemat miliaran dari beban BPJS. Saya harap Kemenkes dan BPOM segera tanggap dan dukung terapi nano ini agar bisa ditanggung BPJS,” ujarnya.

Harapannya, jika terapi ini resmi diakui dan disubsidi negara, maka jutaan rakyat bisa menikmati manfaat terapi revolusioner ini. Tak hanya mencegah penyakit, tapi juga menekan biaya kesehatan nasional secara signifikan.

Kolaborasi antara IMI dan RAHO Club jadi bukti bahwa terobosan kesehatan tak harus lahir dari luar negeri.

Dengan semangat gotong royong dan riset yang terfokus, Indonesia punya kans besar jadi pemimpin dunia dalam teknologi medis berbasis nanoteknologi molekuler, langkahnya sudah dimulai dan dunia mulai melirik. (Fur)