SURABAYA – Proyek pelindung tebing Bengawan Solo yang baru rampung Desember 2024 kini menuai sorotan tajam. Pasalnya, proyek yang menelan anggaran negara hingga Rp 40 miliar itu justru sudah ambruk meski belum genap beberapa bulan selesai dikerjakan.
Kondisi ini membuat publik, terutama Aliansi Madura Indonesia (AMI), geram dan mempertanyakan kualitas pengerjaan.
Diketahui, proyek ini dibangun di wilayah Desa Lebaksari dan Tanggungan, Kecamatan Baureno, Kabupaten Bojonegoro, dengan panjang total sekitar 980 meter.
Namun belum lama digunakan, sekitar 270 meter di antaranya mengalami kerusakan parah.
“Baru saja diresmikan, eh sudah ambruk. Ini jelas-jelas ada yang tidak beres,” ujar Sekjen AMI Abdul Aziz, S.H, dengan nada kecewa, Jumat (30/5/2025).
Diduga kuat, proyek ini bermasalah sejak tahap perencanaan hingga pelaksanaannya. AMI menilai bahwa pihak pelaksana, yaitu PT. Indopenta Bumi Permai, tidak profesional dan tidak mematuhi prinsip-prinsip teknis konstruksi.
Merespon kejadian ini, AMI berencana melakukan aksi demonstrasi besar-besaran yang akan digelar selama empat hari, dari Selasa hingga Jumat, 10–13 Juni 2025.
Aksi ini akan diikuti sekitar 500 orang dan menyasar sejumlah titik strategis seperti, Kantor PT Indopenta Bumi Permai (Jl. Jemursari VII No. 19, Surabaya), Kejaksaan Tinggi Jawa Timur, Kapolda Jawa Timur, BPK Perwakilan Provinsi Jawa Timur.
“Kami ingin hukum ditegakkan, jangan ada lagi proyek negara yang jadi bancakan,” tegasnya.
Massa akan berkumpul di Taman Makam Pahlawan, Jl. Kusuma Bangsa Surabaya, sebelum bergerak menuju lokasi-lokasi tujuan.
Mereka membawa alat peraga seperti spanduk tuntutan, ban bekas, hingga mobil komando.
Aksi ini menjadi peringatan keras terhadap kontraktor dan pihak terkait, agar proyek-proyek negara tidak lagi dikerjakan asal jadi dan merugikan masyarakat. (Red)