Beranda Infotaiment Kuburan Pitu: Wisata Religi dan Sejarah Islam di Tanah Majapahit, Mojokerto

Kuburan Pitu: Wisata Religi dan Sejarah Islam di Tanah Majapahit, Mojokerto

Img 20250421 wa0005

MOJOKERTO – Di wilayah Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, tepatnya di Desa Centonorejo, terdapat situs bersejarah yang sarat akan nilai religius dan budaya, yaitu Kuburan Pitu atau dikenal juga sebagai Makam Tujuh.

Tempat ini merupakan kompleks pemakaman yang dipercaya berasal dari masa kejayaan Kerajaan Majapahit, sekaligus menjadi bukti keberadaan dan diterimanya agama Islam pada masa tersebut.

Salah satu keistimewaan dari makam ini adalah adanya ukiran khas Surya Majapahit pada nisannya, simbol yang identik dengan kerajaan Majapahit.

Bahkan, salah satu batu nisan mencantumkan angka 1298 Saka (setara dengan tahun 1376 Masehi), menunjukkan bahwa makam ini sudah ada pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk (1350–1389 M).

Temuan ini menjadi petunjuk penting bahwa toleransi terhadap Islam sudah terjalin sejak ratusan tahun silam, bahkan ketika mayoritas masyarakat Nusantara masih memeluk Hindu, Buddha, dan kepercayaan lokal seperti Kapitayan.

Walaupun tidak ditemukan identitas tertulis dari para tokoh yang dimakamkan di sana, para ahli menduga bahwa mereka adalah bangsawan atau tokoh penting Majapahit yang telah masuk Islam.

Dugaan tersebut diperkuat dengan arah makam yang sesuai tradisi Islam, yaitu kepala di utara dan kaki mengarah ke selatan, serta adanya ukiran huruf Arab di nisan.

Nisan-nisan di Kuburan Pitu terbuat dari batu andesit dan dihiasi dengan elemen-elemen khas seperti lafal syahadat dan tahun Saka.

Gaya arsitekturnya menunjukkan pengaruh kuat dari kebudayaan Islam Demak, terutama pada perbedaan bentuk nisan antara makam pria dan wanita, nisan pria cenderung runcing keluar, sedangkan nisan wanita melengkung ke dalam.

Sebagai bagian dari kompleks Makam Troloyo, situs ini ramai dikunjungi oleh para peziarah, khususnya pada hari-hari tertentu seperti Jumat Legi, yang dianggap sebagai waktu istimewa untuk berdoa dan memohon berkah.

Pengunjung juga bisa menjumpai makam tokoh lain seperti Sayyid Syeikh Jumadil Kubro, Makam Telu, Endang Roro Kepyur, Sunan Ngudung, serta petilasan Wali Songo.

Biaya masuk ke kawasan ini sangat terjangkau, yakni Rp5.000 per orang, dengan tambahan biaya parkir Rp3.000 untuk kendaraan roda dua.

Selain nilai sejarah dan religius yang kental, kawasan ini juga menyimpan suasana spiritual yang damai, menjadikannya destinasi menarik bagi wisatawan religi dan pencinta sejarah. (aj)