KOTA BATU – Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, memberikan pesan tegas dan penuh semangat kepada seluruh kepala sekolah untuk menjaga integritas dalam pelaksanaan Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB).
Menurutnya, proses penerimaan siswa harus dilaksanakan secara adil, transparan, dan bebas diskriminasi demi menciptakan pelayanan pendidikan yang berkualitas serta berdampak nyata bagi masyarakat Jawa Timur.
“SPMB harus dilaksanakan secara objektif dan berkeadilan. Untuk itu, kita perlu pakta integritas dari semua pihak yang terlibat,” ujar Khofifah dalam acara Sosialisasi SPMB Gelombang IV untuk jenjang SMAN, SMKN, dan SLBN di Batu Suki Hotel, Rabu (16/4/2025).
SPMB merupakan sistem baru yang menggantikan skema PPDB sebelumnya. Dalam pelaksanaannya, Gubernur Khofifah menekankan beberapa strategi sukses seperti pemahaman regulasi, sosialisasi efektif, pengawasan yang ketat, sinergi dengan stakeholder, hingga pemanfaatan teknologi informasi.
Namun, ia juga menegaskan bahwa teknologi bukanlah satu-satunya solusi. “SPMB harus berbasis solusi, bukan sekadar berbasis TIK. Jika ada yang tidak diterima, jangan biarkan berhenti di situ. Kita harus siapkan alternatif terbaik sebagai bentuk tanggung jawab moral dan sosial,” ungkapnya.
Data menunjukkan bahwa dari total 682.252 lulusan SMP/sederajat di Jawa Timur, hanya 38,31% yang bisa tertampung di SMAN dan SMKN. Artinya, ada lebih dari 420 ribu siswa yang belum mendapat tempat di sekolah negeri.
Melihat kondisi tersebut, Gubernur Khofifah mendorong semua pihak untuk aktif mencari solusi, salah satunya dengan memperkuat peran sekolah swasta.
Ia juga menekankan pentingnya membangun sistem pendidikan yang mumpuni untuk melahirkan generasi emas menyambut Indonesia Emas 2045.
“Panjenengan semua adalah kunci dalam menyiapkan anak-anak hebat yang kelak akan memimpin negeri ini. Tetaplah bekerja keras meski mungkin tidak selalu mendapat sorotan atau viral,” pesannya menyentuh hati.
Tak hanya itu, Gubernur Khofifah juga mengajak para pendidik untuk memperkuat jaringan alumni sekolah.
Menurutnya, alumni adalah aset penting yang mampu membawa dampak besar bagi pengembangan pendidikan dan reputasi sekolah.
“Anak-anak kita luar biasa, masuk ke sektor mana pun mereka bisa jadi unggul. Tapi banyak guru tak tahu kesuksesan muridnya karena ikatan alumni putus. Padahal, kekuatan jaringan alumni seperti di Harvard atau Al-Azhar bisa jadi modal besar,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Jatim, Aries Agung Paewai, mengungkapkan bahwa pihaknya telah menyiapkan langkah strategis untuk mengatasi keterbatasan daya tampung di sekolah negeri.
Salah satunya dengan menjalin kerja sama bersama sekolah swasta untuk menyediakan beasiswa bagi siswa yang tidak tertampung di SPMB.
“Dengan 10 beasiswa dari tiap sekolah swasta, kita bisa bantu 29.430 siswa. Ini bentuk komitmen kami agar tidak ada anak yang putus sekolah karena tidak tertampung,” terang Aries.
Dengan semangat kolaborasi dan inovasi, Jawa Timur terus bergerak memastikan setiap anak mendapatkan hak pendidikan yang layak, membangun pondasi kuat menyongsong masa depan Indonesia yang gemilang. (Fur)