BOJONEGORO – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro mengambil langkah revolusioner untuk meningkatkan kesejahteraan para pahlawan pangan ini.
Bersama dengan PLN (Perusahaan Listrik Negara) dan BBWS (Balai Besar Wilayah Sungai) Bengawan Solo, Pemkab gencar mendorong penggunaan irigasi berbasis listrik yang jauh lebih efisien dan ramah lingkungan.
Selama ini, banyak petani di Bojonegoro masih setia dengan pompa air diesel yang boros dan kurang efektif.
Namun, angin perubahan sudah berhembus. Di Desa Ringintunggal, Kecamatan Gayam, para petani mulai merasakan manfaatnya beralih ke sistem irigasi listrik.
Hasilnya, irigasi jadi lebih lancar, dan yang paling penting, potensi panen bisa meningkat berkali lipat. Tapi, transisi keren ini butuh dukungan solid dari berbagai pihak, dan Pemkab Bojonegoro tidak main-main soal ini.
Bupati Bojonegoro, Setyo Wahono, dan Wakil Bupati, Nurul Azizah, terus berjuang keras demi kesejahteraan petani.
Salah satu langkah konkretnya adalah mempercepat peralihan sistem irigasi dari pompa diesel yang mahal dan menghasilkan polusi, ke pompa listrik yang lebih hemat dan bersih, terutama di sepanjang aliran Sungai Bengawan Solo.
Inisiatif super ini diharapkan bisa memangkas biaya operasional petani, bikin pengairan sawah makin efektif, dan pastinya menjaga lingkungan dari emisi bahan bakar fosil.
Untuk mewujudkan mimpi ini, Pemkab Bojonegoro menggandeng PLN UP3 Bojonegoro.
Kabar gembiranya, PLN menawarkan kemudahan akses listrik bagi petani dengan mekanisme penyambungan jaringan yang lebih fleksibel dan tanpa biaya tambahan untuk perangkat penting seperti trafo.
Bahkan, ada sistem prabayar khusus untuk irigasi sawah yang bikin pengelolaan biaya jadi lebih transparan.
Tidak cuma itu, Pemkab Bojonegoro juga akan melakukan studi banding ke Kabupaten Ngawi untuk belajar langsung dari pengalaman sukses daerah lain dalam menerapkan sistem irigasi listrik.
Selain itu, koordinasi intensif juga akan dilakukan dengan BBWS Bengawan Solo untuk memastikan prosedur pengambilan air irigasi sesuai dengan aturan yang berlaku.
Berbagai aspek teknis seperti luas lahan, kebutuhan listrik, dan skema pendanaan awal untuk petani juga akan dikaji mendalam.
Pemkab juga akan menggencarkan sosialisasi kepada para petani agar mereka benar-benar memahami keuntungan dari beralih ke irigasi listrik ini.
“Untuk meningkatkan efisiensi dan menekan biaya operasional petani, kita mendorong konversi irigasi pertanian dari pompa diesel ke pompa listrik di wilayah sekitar aliran Sungai Bengawan Solo. Secara bertahap, inovasi ini akan direalisasikan di 13 kecamatan dengan dukungan PLN, kelompok tani, dan BUMDes,” jelas Bupati Wahono dengan penuh optimisme.
Langkah awal yang akan dilakukan adalah mengidentifikasi kelompok tani mana saja yang paling siap untuk melakukan konversi ini.
Setelah semua persiapan matang, akan ada penandatanganan nota kesepakatan (MoU) antara Pemkab Bojonegoro dan PLN UP3 Bojonegoro sebagai bukti komitmen kuat untuk mendukung sistem irigasi yang lebih modern dan efisien.
Melalui berbagai upaya ini, Pemkab Bojonegoro berharap program konversi irigasi ini akan membawa manfaat nyata bagi para petani, mulai dari hemat biaya hingga hasil panen yang melimpah.
“Kita berharap, langkah ini tidak hanya memastikan suplai air lebih stabil dan berkelanjutan, tetapi juga mendukung pertanian yang lebih ramah lingkungan,” pungkas Bupati Wahono.
Pemkab Bojonegoro terus berupaya agar sistem irigasi listrik ini bisa dimanfaatkan secara maksimal, demi ketahanan pangan yang semakin kuat dan berkelanjutan di wilayah Bengawan Solo, demi Bojonegoro yang makin makmur dan membanggakan. (aj)