MEDIA CAHAYA BARU – Setiap tahun, umat Hindu di seluruh dunia merayakan Hari Raya Nyepi dengan cara yang unik dan penuh makna.
Lebih dari sekadar hari libur, Nyepi adalah momen sakral untuk menghayati “Catur Brata,” sebuah konsep yang mengajak umat untuk melakukan empat pantangan demi membersihkan diri secara lahir dan batin.
“Catur” berarti empat, dan “Brata” berarti pantangan atau disiplin diri. Jadi, inti dari perayaan Nyepi adalah mengindahkan “empat pantangan” yang membimbing umat Hindu untuk mencapai kesucian dan memulai lembaran baru dengan hati yang bersih.
Mari kita telaah lebih dalam keempat pantangan suci tersebut:
* Amati Geni: Bukan sekadar tidak menyalakan api, pantangan ini mengajak umat untuk menahan diri dari segala aktivitas yang menghasilkan api atau energi panas. Ini adalah momen untuk beristirahat total dan meminimalisir penggunaan energi duniawi.
* Amati Karya: Di hari Nyepi, segala bentuk pekerjaan atau aktivitas produktif dihentikan. Ini adalah waktu untuk fokus pada diri sendiri, introspeksi, dan mendekatkan diri pada Sang Hyang Widhi Wasa.
* Amati Lelanguan: Puasa total dari makan dan minum menjadi bagian penting dari Nyepi. Pantangan ini melatih pengendalian diri dan membersihkan tubuh dari segala hal yang bersifat duniawi.
* Amati Lelunganan: Umat Hindu yang merayakan Nyepi tidak diperkenankan bepergian keluar rumah.
Hari Nyepi sepenuhnya didedikasikan untuk berdiam diri, merenung, dan melakukan aktivitas spiritual di lingkungan rumah.
Tujuan mulia dari keempat pantangan ini adalah untuk membersihkan diri dari segala noda dan kekotoran, sehingga umat Hindu dapat memasuki tahun yang baru dengan jiwa yang suci dan pikiran yang jernih.
Menariknya, rangkaian perayaan Nyepi juga diwarnai dengan tradisi unik lainnya, yakni arakan Ogoh-ogoh.
Ogoh-ogoh adalah patung raksasa yang dibuat dengan rupa Bhuta Kala, sosok mitologis dengan wajah dan perawakan yang menyeramkan.
Ogoh-ogoh ini melambangkan sifat-sifat buruk manusia atau “bhuta” yang perlu dihilangkan.
Dalam prosesi yang meriah, ogoh-ogoh diarak keliling desa dengan iringan musik gamelan yang khas.
Puncak dari arak-arakan ini biasanya adalah pembakaran ogoh-ogoh.
Tindakan simbolis ini melambangkan pemusnahan kekuatan jahat dan pembersihan diri serta lingkungan dari segala energi negatif.
Dengan demikian, Hari Raya Nyepi bukan hanya sekadar tradisi, tetapi sebuah perjalanan spiritual yang mendalam.
Melalui Catur Brata dan ritual ogoh-ogoh, umat Hindu diajak untuk merenungkan diri, membersihkan jiwa, dan menyambut tahun yang baru dengan semangat yang lebih baik. (aj)